KENANGAN
Malam yang indah. Aku tersenyum sebelum
tidur. Mataku tak mau untuk aku pejamkan. Jantungku terus berdetak dengan
kencang. Aku tak bisa tidur. Dalam bayanganku hanya ada sosok wajah yang putih
bersih seakan terus tersenyum padaku. Aku tak mampu menahan rasa senangku.
Besok pagi aku akan main bersama Deka untuk yang pertama kalinya. “ Wahh pake
baju apa ya besok ???. Bingung deh. Pake celana jeans ga mungkin. Ga enak. Pake
rok aja deh. Lebih kewanitaan gitu “. Aku memeluk guling lonjongku. Rasanya tak
sabar ingin segera cepat besok.
“ Kukurrruuuyyyuuuukkkkk “. Suara ayam
jantan tetangga samping rumah berkokok. Namun, kali ini aku telah bangun dan
telah mencuci baju. Suara tahrim yang indah yang menjadi pertanda bahwa aku
telah menyelesaikan pekerjaanku mencuci baju. Aku memasak sembari aku menyapu
lantai. Setelah semuanya selesai aku membangunkan Ibuku. Kebetulan saat itu aku
sedang tidak shalat.
“ Ma, nanti Syta mau main keluar “.
“ Main sama siapa Syta ???. Pantas saja
mengerjakan pekerjaan rumah sepagi ini. Padahal ini hari libur “.
“ Iya Ma. Mau main sama K Deka “.
“ Siapa Deka ??? “.
“ Ya, pokonya mau main. Ga bakalan lebih
dari jam dua ko “.
“ Iya. Asal Deka nya ke rumah dulu. Mama
mau liat dulu “.
“ Liat apa Ma hehehe “.
“ Sudah. Sana lanjutkan pekerjaannya.
Setelah itu mandi lalu makan ya “.
“ Iya “.
Rasa senangku lengkap sudah. Ternyata
izin dari Ibuku sudah aku dapat. Aku tak berani untuk bilang pada Ayahku. Aku
takut izin nya pasti tak kan direstui. Tak terasa, waktu berputar begitu cepat.
Aku bergegas mandi lalu makan. Aku menunggu Deka. Ya belum apa – apa. “ De, K
udah sampe nih “.
Aku membuka pintu. Terlihat K Deka
dengan pakaian seragamnya. Aku tersenyum. Dia membalasnya lalu menghampiriku. “
Udah siap belum ??? “. Tanyanya.
“ Belum “.
“ Eyy, sana cepet. Temen – temen K udah
nunggu dari tadi “.
“ Iya “.
Aku keluar dengan gugup. Nampaknya K
Deka telah berbincang dengan Ibuku. Aku pamit lalu pergi. Tak ada kata yang aku
ucapkan begitu pun K Deka. Malu ku masih bersarang dalam tubuhku.
“ Jauh juga De jalan nya “. Katanya
memulai perbincangan.
“ Ya gitu “.
“ Temen – temen K dari tadi tau
nunggunya. Ini udah sms lagi sama K “.
“ Duhh, pasti nanti mereka kesel deh “.
“ Ya ga bakalan lah. Mereka itu temen –
temen K yang paling baik. Jadi ga mungkin kesel hehehe “.
Perasaan Maluku semakin menjadi ketika
aku mulai melihat angkot berwarna hijau yang akan membawa aku, K Deka dan teman
– temannya ke kolam renang. Ya, karena K Deka katanya mau ujian praktek.
“ Hai Deka. Cepetan “. Salah satu
temannya memanggil.
“ K Malu “. Manjaku.
“ Ga apa – apa “.
“ Ko penuh sih “. K Deka mulai
memandangku. “ Ya sudah aku naik kol aja ya sama Syta “.
“ Enak aja. Kita udah nunggu lama tau.
Topan kamu dibawah tuh “.
Seorang laki – laki bernama K Topan
mengalah. Dia duduk dibawah hingga akhirnya aku dan K Deka bisa duduk meski
berdesakan.
“ Owh jadi ini My Love yang ada di HP
nya Deka “. Goda temannya.
“ Bukan ey. My Bunny tau “.
“ O iya ya “.
Semua becanda. Aku masih belum bisa.
Adaftasiku harus lama barulah aku bisa menyesuaikan. Meski beberapa teman K
Deka adalah kakak PMR namun aku tidak bisa menyesuaikan. Aku hanya terdiam.
“ De ngomong dong “. Suruhnya.
“ Syta malu K. Oya, nanti mau lama ga
renangnya ? “.
“ Engga di tes aja, K langsung ganti
baju lagi “.
Aku terdiam. Aku tak sabar ingin melihat
Deka berenang. Pasti deh keren. Melihat teman K Deka becanda rasanya seneng
deh. Tapi, aku tak bisa menyesuaikan. “ Nyesel deh “. Keluhku dalam hati.
Lumayan lama diperjalanan, akhirnya
sampai juga. Aku duduk diantara kursi – kursi. Sebentar menjaga perlengkapan
Deka. Teman – temannya tersenyum melihat aku dan Deka. Beberapa temannya sempat
mengajak aku berkenalan. K Deka bilang dia sahabatnya. Dengan bergegas K Deka
ganti baju lalu berenang. Benar saja, tak lama setelah itu K Deka selesai.
Aku tersenyum melihat K Deka berpakaian
kemeja biru dengan celana panjang. Yang pasti ditemani jaketnya. Baru pertama
aku melihat K Deka berpakaian seperti itu. Aku sayang K Deka.
K Deka mengajakku makan mie instan.
Sayangnya aku udah makan. Jadinya K Deka makan sendiri dan aku menemani. Setelah
selesai makan, aku kembali ke atas menunggu teman K Deka. Aku mulai bosan
teman, tapi dengan ada K Deka disampingku rasa bosanku hilang.
Setelah lama menunggu, akhirnya kita
berangkat. Aku ngantuk teman. Diam beberapa jam menunggu selesai. Dan taukah
teman, HP temannya K Deka hilang. Jadi, K Deka membantu mencari. Aku dititipkan
ke K Wenny. Ya, HP K Teguh teman. Kasian teman, sayangnya aku tidak bisa berbuat
apa – apa. Dengan berat hati, kami meninggalkan tempat berenang.
Aku bergetar teman, baru pertama kali K
Deka memegang tanganku. Rasanya K Deka benar – benar menjagaku. “ Cieee . . .
“. Rayu teman – temannya. Aku memerah malu.
“ De di sini jalannya. Nanti ketabrak
loh “.
Aku tersenyum. Kami semua berjalan
menyusuri jalan. Sesampainya kami menunggu angkot datang. Tak lama kami pun
naik. Sasaran pertama adalah pengisi perut. Aku lapar sih teman, tapi aku ga
napsu makan. Rasa ngantukku mengalahkan laparku. Tapi, ga enak juga kalu semua
makan aku hanya menatap.
Aku berbincang – bincang dengan K Deka.
Meski aku tak banyak bicara, K Deka selalu mengajak aku bicara. Aku senang
berada disampingnya.
Langit mendung, perjalanan nampaknya
masih panjang. Aku terus berjalan menyusuri jalan raya. Kakiku begitu pegalnya.
Mungkin jika kakiku bisa bicara dia akan mengeluh. K Deka terus memegang
tanganku. Mendung tak berarti hujan. Namun, semua itu tak berlaku. Karena pada
saat aku mau ke tempat game hujan besar mengguyur bumi. Aku cemas. Tapi K Deka
melindungiku. Dia melepas jaketnya lalu memakaikan padaku.
“
Ini pake jaket K ya. Biar De ga kedinginan “.
“
Ga usah deh K. Kan bajunya K pendek Syta kan panjang “,
“
Udah pake aja ya “. Aku menurut lalu Deka memakaikan jaketnya.
Kami
berteduh mencari ojek payung. K Deka menghangatkanku. Aku benar – benar
kedinginan.
Tak lama aku dan K Wenny memakai payung
terlebih dahulu. Aku kira K Deka memakai payung, tapi ternyata tidak. Aku cemas
dia sakit. Akhirnya sampailah di tempat game. bajuku ga basah. Tapi, jaket K
Deka yang basah. Setelah lama bersenang – senang di tempat game, terdengar adzan
dzuhur berkumandang. Aku cemas, karena aku berjanji pada ibuku untuk tidak
pulang lebih dari jam dua. Untung saja K Deka mengerti. Hasil game, aku
diberinya sebuah balpoint cokelat. Kelak aku akan terus menyimpannya. Bukan
harga yang aku lihat. Tapi, orang yang begitu special yang membuat balpoint itu
special di hatiku.
Di jalan keluar, K Wenny diberi kabar.
Papanya masuk rumah sakit. Hujan berhenti, mendung kembali menyelimuti. Aku
terdiam. K Deka meminta maaf tidak bisa menjenguk. K Wenny mengerti. Dia pulang
ditemani K Topan. Sedangkan aku bersama K Deka menunggu kol.
Di kol yang sesak aku memegang tangan K
Deka. Aku pejamkan mata namun mataku nampaknya marah karena aku menunda
tidurku. K Deka nampak telah lelap. Aku baru berani menatapnya saat dia
tertidur. “ Aku tak kan melupakan semuanya K Deka “. Seruku dalam hati.
“ Ga tidur De ??? “. Tanyanya hampa.
“ Tangan Syta sakit K “. Keluhku.
K Deka memegang tanganku. Sedikit
memijitnya. Suasananya seakan aku sedang ada di pesawat. Aku merasakan
menikmati perjalanan menuju Negara impianku. Negeri Sakura. Dan bersama K Deka.
Meskipun nyatanya tidak. Hingga akhirnya aku terlelap. Terasa pijitan K Deka
masih melunakkan sakitku. Aku membuka mataku. Ternyata perjalanan akan
berakhir. Rasanya tak mau aku turun.
Di terminal aku turun lalu naik angkot
jurusan rumahku. K Deka terlihat lelah. Pusing terasa teman, karena hujan
mengguyur kepalaku lalu panasnya kol meluapkan kepalaku. K Deka mengantarku
sampai depan rumah. Dan jam dua kurang sedikit aku sampai. K Deka
meninggalkanku untuk pulang. Aku menatapnya hingga dia tak terlihat.
0 komentar:
Posting Komentar