V. KENANGAN


KENANGAN
        Malam yang indah. Aku tersenyum sebelum tidur. Mataku tak mau untuk aku pejamkan. Jantungku terus berdetak dengan kencang. Aku tak bisa tidur. Dalam bayanganku hanya ada sosok wajah yang putih bersih seakan terus tersenyum padaku. Aku tak mampu menahan rasa senangku. Besok pagi aku akan main bersama Deka untuk yang pertama kalinya. “ Wahh pake baju apa ya besok ???. Bingung deh. Pake celana jeans ga mungkin. Ga enak. Pake rok aja deh. Lebih kewanitaan gitu “. Aku memeluk guling lonjongku. Rasanya tak sabar ingin segera cepat besok.
        “ Kukurrruuuyyyuuuukkkkk “. Suara ayam jantan tetangga samping rumah berkokok. Namun, kali ini aku telah bangun dan telah mencuci baju. Suara tahrim yang indah yang menjadi pertanda bahwa aku telah menyelesaikan pekerjaanku mencuci baju. Aku memasak sembari aku menyapu lantai. Setelah semuanya selesai aku membangunkan Ibuku. Kebetulan saat itu aku sedang tidak shalat.
        “ Ma, nanti Syta mau main keluar “.
        “ Main sama siapa Syta ???. Pantas saja mengerjakan pekerjaan rumah sepagi ini. Padahal ini hari libur “.
        “ Iya Ma. Mau main sama K Deka “.
        “ Siapa Deka ??? “.
        “ Ya, pokonya mau main. Ga bakalan lebih dari jam dua ko “.
        “ Iya. Asal Deka nya ke rumah dulu. Mama mau liat dulu “.
        “ Liat apa Ma hehehe “.
        “ Sudah. Sana lanjutkan pekerjaannya. Setelah itu mandi lalu makan ya “.
        “ Iya “.
        Rasa senangku lengkap sudah. Ternyata izin dari Ibuku sudah aku dapat. Aku tak berani untuk bilang pada Ayahku. Aku takut izin nya pasti tak kan direstui. Tak terasa, waktu berputar begitu cepat. Aku bergegas mandi lalu makan. Aku menunggu Deka. Ya belum apa – apa. “ De, K udah sampe nih “.
        Aku membuka pintu. Terlihat K Deka dengan pakaian seragamnya. Aku tersenyum. Dia membalasnya lalu menghampiriku. “ Udah siap belum ??? “. Tanyanya.
        “ Belum “.
        “ Eyy, sana cepet. Temen – temen K udah nunggu dari tadi “.
        “ Iya “.
        Aku keluar dengan gugup. Nampaknya K Deka telah berbincang dengan Ibuku. Aku pamit lalu pergi. Tak ada kata yang aku ucapkan begitu pun K Deka. Malu ku masih bersarang dalam tubuhku.
        “ Jauh juga De jalan nya “. Katanya memulai perbincangan.
        “ Ya gitu “.
        “ Temen – temen K dari tadi tau nunggunya. Ini udah sms lagi sama K “.
        “ Duhh, pasti nanti mereka kesel deh “.
        “ Ya ga bakalan lah. Mereka itu temen – temen K yang paling baik. Jadi ga mungkin kesel hehehe “.
        Perasaan Maluku semakin menjadi ketika aku mulai melihat angkot berwarna hijau yang akan membawa aku, K Deka dan teman – temannya ke kolam renang. Ya, karena K Deka katanya mau ujian praktek.
        “ Hai Deka. Cepetan “. Salah satu temannya memanggil.
        “ K Malu “. Manjaku.
        “ Ga apa – apa “.
        “ Ko penuh sih “. K Deka mulai memandangku. “ Ya sudah aku naik kol aja ya sama Syta “.
        “ Enak aja. Kita udah nunggu lama tau. Topan kamu dibawah tuh “.
        Seorang laki – laki bernama K Topan mengalah. Dia duduk dibawah hingga akhirnya aku dan K Deka bisa duduk meski berdesakan.
        “ Owh jadi ini My Love yang ada di HP nya Deka “. Goda temannya.
        “ Bukan ey. My Bunny tau “.
        “ O iya ya “.
        Semua becanda. Aku masih belum bisa. Adaftasiku harus lama barulah aku bisa menyesuaikan. Meski beberapa teman K Deka adalah kakak PMR namun aku tidak bisa menyesuaikan. Aku hanya terdiam.
        “ De ngomong dong “. Suruhnya.
        “ Syta malu K. Oya, nanti mau lama ga renangnya ? “.
        “ Engga di tes aja, K langsung ganti baju lagi “.
        Aku terdiam. Aku tak sabar ingin melihat Deka berenang. Pasti deh keren. Melihat teman K Deka becanda rasanya seneng deh. Tapi, aku tak bisa menyesuaikan. “ Nyesel deh “. Keluhku dalam hati.
        Lumayan lama diperjalanan, akhirnya sampai juga. Aku duduk diantara kursi – kursi. Sebentar menjaga perlengkapan Deka. Teman – temannya tersenyum melihat aku dan Deka. Beberapa temannya sempat mengajak aku berkenalan. K Deka bilang dia sahabatnya. Dengan bergegas K Deka ganti baju lalu berenang. Benar saja, tak lama setelah itu K Deka selesai.
        Aku tersenyum melihat K Deka berpakaian kemeja biru dengan celana panjang. Yang pasti ditemani jaketnya. Baru pertama aku melihat K Deka berpakaian seperti itu. Aku sayang K Deka.
        K Deka mengajakku makan mie instan. Sayangnya aku udah makan. Jadinya K Deka makan sendiri dan aku menemani. Setelah selesai makan, aku kembali ke atas menunggu teman K Deka. Aku mulai bosan teman, tapi dengan ada K Deka disampingku rasa bosanku hilang.
        Setelah lama menunggu, akhirnya kita berangkat. Aku ngantuk teman. Diam beberapa jam menunggu selesai. Dan taukah teman, HP temannya K Deka hilang. Jadi, K Deka membantu mencari. Aku dititipkan ke K Wenny. Ya, HP K Teguh teman. Kasian teman, sayangnya aku tidak bisa berbuat apa – apa. Dengan berat hati, kami meninggalkan tempat berenang.
        Aku bergetar teman, baru pertama kali K Deka memegang tanganku. Rasanya K Deka benar – benar menjagaku. “ Cieee . . . “. Rayu teman – temannya. Aku memerah malu.
        “ De di sini jalannya. Nanti ketabrak loh “.
        Aku tersenyum. Kami semua berjalan menyusuri jalan. Sesampainya kami menunggu angkot datang. Tak lama kami pun naik. Sasaran pertama adalah pengisi perut. Aku lapar sih teman, tapi aku ga napsu makan. Rasa ngantukku mengalahkan laparku. Tapi, ga enak juga kalu semua makan aku hanya menatap.
        Aku berbincang – bincang dengan K Deka. Meski aku tak banyak bicara, K Deka selalu mengajak aku bicara. Aku senang berada disampingnya.
        Langit mendung, perjalanan nampaknya masih panjang. Aku terus berjalan menyusuri jalan raya. Kakiku begitu pegalnya. Mungkin jika kakiku bisa bicara dia akan mengeluh. K Deka terus memegang tanganku. Mendung tak berarti hujan. Namun, semua itu tak berlaku. Karena pada saat aku mau ke tempat game hujan besar mengguyur bumi. Aku cemas. Tapi K Deka melindungiku. Dia melepas jaketnya lalu memakaikan padaku.
“ Ini pake jaket K ya. Biar De ga kedinginan “.
“ Ga usah deh K. Kan bajunya K pendek Syta kan panjang “,
“ Udah pake aja ya “. Aku menurut lalu Deka memakaikan jaketnya.
Kami berteduh mencari ojek payung. K Deka menghangatkanku. Aku benar – benar kedinginan.
        Tak lama aku dan K Wenny memakai payung terlebih dahulu. Aku kira K Deka memakai payung, tapi ternyata tidak. Aku cemas dia sakit. Akhirnya sampailah di tempat game. bajuku ga basah. Tapi, jaket K Deka yang basah. Setelah lama bersenang – senang di tempat game, terdengar adzan dzuhur berkumandang. Aku cemas, karena aku berjanji pada ibuku untuk tidak pulang lebih dari jam dua. Untung saja K Deka mengerti. Hasil game, aku diberinya sebuah balpoint cokelat. Kelak aku akan terus menyimpannya. Bukan harga yang aku lihat. Tapi, orang yang begitu special yang membuat balpoint itu special di hatiku.
        Di jalan keluar, K Wenny diberi kabar. Papanya masuk rumah sakit. Hujan berhenti, mendung kembali menyelimuti. Aku terdiam. K Deka meminta maaf tidak bisa menjenguk. K Wenny mengerti. Dia pulang ditemani K Topan. Sedangkan aku bersama K Deka menunggu kol.
        Di kol yang sesak aku memegang tangan K Deka. Aku pejamkan mata namun mataku nampaknya marah karena aku menunda tidurku. K Deka nampak telah lelap. Aku baru berani menatapnya saat dia tertidur. “ Aku tak kan melupakan semuanya K Deka “. Seruku dalam hati.
        “ Ga tidur De ??? “. Tanyanya hampa.
        “ Tangan Syta sakit K “. Keluhku.
        K Deka memegang tanganku. Sedikit memijitnya. Suasananya seakan aku sedang ada di pesawat. Aku merasakan menikmati perjalanan menuju Negara impianku. Negeri Sakura. Dan bersama K Deka. Meskipun nyatanya tidak. Hingga akhirnya aku terlelap. Terasa pijitan K Deka masih melunakkan sakitku. Aku membuka mataku. Ternyata perjalanan akan berakhir. Rasanya tak mau aku turun.
        Di terminal aku turun lalu naik angkot jurusan rumahku. K Deka terlihat lelah. Pusing terasa teman, karena hujan mengguyur kepalaku lalu panasnya kol meluapkan kepalaku. K Deka mengantarku sampai depan rumah. Dan jam dua kurang sedikit aku sampai. K Deka meninggalkanku untuk pulang. Aku menatapnya hingga dia tak terlihat.

0 komentar:

Posting Komentar