Dia Berubah
Sore yang indah. Angin yang membelai mesra ku nikmati hadirnya. Burung yang bernyanyi di angkasa memanjakan hadirku. Bunga mawar merah yang menari menikmati haluan angin. Aku terpesona terbawa suasana. Aku biarkan kerudungku menari – nari. Sambil aku manjakan telingaku dengan lagu – lagu slow kesukaanku. Tangan dan mataku masih fokus mengerjakan editan foto yang rencananya ku tujukan untuk Erik kekasihku. Tiba – tiba HP ku berbunyi. Aku malas untuk membukanya. Barulah ketika HPku berbunyi tiga kali, aku buka HP ku. Teman, ternyata Erik kekasihku. Tiga kali sms dengan pesan yang sama.
“ Asty lg bkn sesuatu buat a “. Singkatku. Aku melupakan HP ku dan kembali memfokuskan mata dan telingaku. HP ku terdengar berbunyi tapi aku hiraukan. Dua kali berbunyi barulah aku lihat. Masih dia dengan dua sms berbeda.
“ Apa maksudnya ??? “.
“ Kenapa Asty bilang gtu ???. Balas Asty !!! “.
Aku tertawa sebelum membalasnya. “ Ey aneh “. Cetusku dalam hati. Pasti Erik mengira aku tulis itu menunjukkan aku bukan lagi sesuatu buatnya. hehe padahal bkn itu bikin. “ Maksudnya Asty lgi bikin sesuatu buat a. Gituu “. Balasku singkat.
“ Oh, a kira apa ey. a ga’ mau kehilangan Asty. a sayang sama Asty. Asty jangan tinggalin a ya !! “.
Aku tersenyum memandangi balasan Erik kekasihku. Aku dan hatiku measa bangga dengan ucapan seperti itu. Tapi, aku yakin Erik kekasihku menyayangiku meski sikapnya seperti itu. Mungkin itu kodrat dia, atau kebiasaannya. Yang sebenarnya aku tak mengerti teman. Aku berkirim pesan lumayan lama. Aku merasa rinduku berkurang sedikit. Karena, sudah lama aku tak berkirim pesan.
Taukah teman, aku tak biasa seperti ini. Aku ingin punya pacar tapi pacarku memperhatikanku. Aku tak pernah berharap sesuatu yang lebih. Hanya perhatian yang aku inginkan. Selebihnya aku tak ingin bicara.
Sebelum bersama Erik kekasihku, aku bersama seorang kakak kelas yang satu tahun lebih tuan dari Erik. Sebut saja Deka. Karena nama indahnya kini telah pergi. Aku mengenangnany dengan nama itu yang sebetulnya singkatan dari nama panjangnya. Aku sangat menyayanginya teman. Aku tak bisa untuk melupakannya. Bayangannya selalu hadir disetiap hariku. Bahkan, saat dia kembali mengisi hidupku, aku sempat melupakan Erik kekasihku. Saking rindunya teman. Jika aku bandingkan sikap Deka dengan Erik mungkin jauh berbeda. Tapi, aku sadar. Sikap semua manusia berbeda. Teman, aku sangat berharap Erik seperti Deka. Kalaupun semuanya hanya harapan semata.
Teman, Deka adalah sosok pria yang aku dambakan. Meski gayanya tak se cool Erik. Tapi, Deka pun putih teman, lumayan tinggi dan sangat pintar. Deka selalu ada jika aku butuhkan. Deka forever di hatiku. Tapi, kini aku milik Erik. Dan aku harus bisa melupakan Deka meski sangat sulit untuk ku.
Akhirnya selesai sudah aku berkirim pesan dengan Erik. Aku tatap gambarnya teman. Sungguh indah dan semakin membuatku rindu.
*******
Siang yang membakar. Lapangan basket yang gersang tak enak dipandang. Cahaya mentari yang membuat arwah api ternyata berhasil. Aku duduk dibawah pohon yang lumayan rindang depan kelasku. Berbincang dan aku ceritakan tentang Erik pada teman – temanku. Tiba – tiba Erik muncul diihadapanku. Dan dia tersenyum teman, dia memandangku. Aku senang meski dia tak menghapiriku. Aku mendamba pandangan Erik seperti itu. Dan kini aku merasakannya teman, setelah sekian lama Erik tak pernah seperti itu.
“ Cieeee . . . . . “. Teman – temanku memojokanku. Tapi, aku tak memperdulikannya. Yang jelas hari ini hari bahagia untukku.
0 komentar:
Posting Komentar