Dia Kekasihku

Dia Kekasihku

Api itu seakan padam tak berasap. Nadi yang berdenyut lemah serasa tidak teraba. Hati yang selalu aku jaga merahnya kini pudar. Burung malam yang selalu bernyanyi kini tak nampak. Malam ini seribu rasa dapat ku rasa.
             Teman, jika aku bertanya dalam hatiku tentang dirinya. Aku tak dapat menjawabnya. Dia penuh dengan misteri. Sosoknya buat aku menjerit. Sikapnya buat aku merintih. Namun hatinya selalu buat ku luluh. “ Siapa dia ??? “. Pertanyaan itu yang selalu aku keluarkan saat semua darinya berubah.
            Teman tau kah ???. Banyak temanku yang mengejek hubunganku dengan dirinya. Mereka bandingkan pasangan mereka dengan dirinya. Hatiku merintih jiwa ku seakan tanpa arwah. Aku hanya bisa tersenyum melampiaskan kesedihanku. Aku menyayanginya meski sikapnya tak semanis hatinya.
            Telah tiga bulan berlalu sejak ku mulai bersamanya. Tinggal tiga hari lagi dimana hubunganku menginjak empat bulan lamanya. Dia teman, sosok yang selalu aku damba hadirnya. Aku damba senyumnya, sapanya dan semua darinya. Aku sadar dia bukanlah milikku seutuhnya. Namun, apakah semua penantian yang aku lakukan akan buat ku bahagia bersamanya.
            Teman, sosok itu sosok misteri. Nama dengan empat huruf yang selalu aku puja meski dia tak pernah merasa. Erik namanya. Nama yang selalu aku damba, aku cinta dan aku puja. Namun, sikapnya teman yang selalu aku pertanyakan. Aku mengerti apa yang membuat sikapnya seperti itu. Aku memahami semuanya. Namun, teman – teman ku yang seakan memojokanku dengan hubunganku. “ Kita bisa ngobrol bareng sama pacar kita ketawa bareng tapi Asty ??? “. Pernah aku dengar ocehan seperti itu. Aku tau mereka becanda. Tapi, hatiku merasa kebenarannya. Aku mencoba membuang rasa sakit hatiku jauh – jauh. Aku limpahkan pada orang yang menyayangiku. Tapi, aku sadar orang yang menyayangiku tak pantas menanggung sakit hatiku. Selama aku bersama Erik kekasihku, aku merasakan perasaan yang tak seharusnya aku rasakan. Aku merasa Erik kekasihku sudah tidak menyayangiku. Aku sempat kecewa dengan sikapnya. Beberapa kali. Ketika aku melihat temanku menuju gerbang bersama, ketawa bersama. Tapi aku???. Ingin melihat senyumnya sulit teman. Apalagi mendengar suaranya. Semuanya asing untuk aku apalagi untuk hatiku. Semua orang bilang aku kuat menghadapi semuanya. Aku hanya tersenyum meski hatiku sakit saat mereka menjelek  - jelekkan kekasihku. Hanya cinta yang membuat aku bertahan. Aku tak ingin menyakitinya meski secara tidak sadar dia selalu menyakitiku.
Dia putih teman, dia tinggi dan dia pintar. Dia mungkin dambaan semua wanita. Dan itu teman salah satu yang membuat aku takut kehilangannya.
            Teman, saat pertama aku bersama dia perasaan ini begitu bahagia. Meski cueknya menutup sayangnya. Aku tau dia menyayangiku, dan aku sadar dia tidak akan mungkin meninggalkan ku. Tapi, aku takut teman penantian panjangku berbuah penyesalan. Aku tidak ingin seperti itu. Aku ingin dia selamanya untukku.

0 komentar:

Posting Komentar