Tulisan Kenangan
Angin menyambar mengibaskan kerudung. Burung senja yang bergerombol bernyanyi riang tertawa dan bahagia. Buku besar dengan beberapa lembar foto copy soal berserakan. Seorang gadis tampak sibuk terlihat sedang mencari sesuatu. Entah apa yang dicari, raut mukanya menampakkan ke khawatiran. Buku – buku yang telah tertata rapi di meja belajar satu persatu di buka lalu dibiarkan. “ Manasih ??? “. Teriaknya kasar.
Gadis itu bernama Yofi. Gadis yang tengah berumur 16 tahun itu, terlihat anggun dengan potongan celana panjang balon dan kaos panjang cokelat dilengkapi dengan kerudung kuning sesuai warna yang dia suka. Namun, keanggunannya tertutupi dengan aura ke khawatiran yang dia pancarkan.
“ Kamu mencari apa sayang ??? “. Terdengar pertanyaan seorang wanita yang tidak terlalu muda berkulit putih dan tinggi setara dengan Yofi. Itulah Ibunya, ibu yang sangat menyayangi Yofi dan selalu menemani Yofi.
“ Ga Mah, Yofi nyari tugas foto copy soal akuntansi “.
“ Yehh, memang kamu simpen dimana, mana mungkin hilang “.
“ Ya Mah, Yofi juga lagi nyari kan “.
“ Ya sudah, jangan lupa makan ya, oya Mamah mau ke warung, kamu mau apa ??? “.
“ Ga usah mah “. Jawab Yofi singkat.
Yofi mulai mengeluarkan amarahnya. Bukunya yang panjang dan besar dia banting ke kasur. Jikalau kasur dan bukunya bisa berbicara mungkin sudah berteriak kesakitan saking kerasnya buku itu di banting. “ Gimana jika hilang ??? “. Fikirnya dalam hati. “ Itu satu – satunya pemberian dari dia. Kalaupun aku tau itu tidaklah seberapa, tapi bagi hati dan perasaan ku semua itu sangatlah berarti “. Keluhnya. “ Aku tidak boleh nyerah “.
Yofi memulai kembali pencariaannya dengan hati yang tenang. Namun sayang, hasilnya nihil, masih saja tidak ditemukan. Yofi berhenti sejenak, mengingat – ingat dimana dia simpan soal akuntansi itu. Tubuhnya dia jatuhkan di atas kasur dengan alas buku – buku yang baru saja dia lempar. Matanya berkaca, hatinya terasa teriris pisau, dan bagaikan tertusuk jarum – jarum tajam. Badannya terasa hampa, fikirannya kosong entah kemana.
Yofi sedang menyukai kakak kelas satu jurusan dengannya. Sama – sama dalam angka satu. Sebenarnya, Yofi ingin mengungkapkan semua perasaannya. Namun, dia tidak mempunyai cukup keberanian. “ Dekat dengannya aku udah bersyukur “. Itulah kata – kata Yofi yang keluar dari hatinya ketika berfikiran ingin memilikinya. Yofi kini berjauhan dengan kakak kelas yang dia suka. Bisa dibilang juga musuhan. Tapi, Yofi sendiri tidak mengerti kenapa sikapnya berubah pada Yofi. “ Apa salah ku ??? “. Teriaknya dalam hati saat muka sang pujaan hati dibuang saat melihat Yofi.
“ Kamu kenapa ??? “. Tanyanya dalam hati. “ Aku kangen saat dulu diwaktu kita bersama. Kamu selalu ada buat aku, akupun merasa begitu. Kita saling bantu satu sama lain. Aku selalu merepotkan kamu, tapi kamu mau saja dan tak pernah merasa keberatan. Aku suka sikap kamu. Apalagi perhatian kamu. Aku sangat suka. Mungkin, karena itu aku jatuh cinta sama kamu. Awalnya aku menolak perasaan itu, tapi semakin aku menolak semakin aku jatuh cinta. Aku tau kamu takkan pernah tau. Aku sangat ingat ketika kamu mengajakku untuk tukeran kartu lebaran. Dan aku sangat mau. Aku membuatnya dengan semangat dan penuh dengan kebahagiaan. Aku ingin terlihat sempurna di matamu dan di hatimu. Lalu, aku masukkan secuir kertas sebagai ungkapan perasaanku secara sembunyi – sembunyi diantara kartu itu. Namun sayang, hingga kini kartu ucapan itu masih ada padaku dan selalu aku bawa setiap hari. Aku jadi minder intuk memberikannya. Hmmm, andai kamu tau, aku sangat mencintai dan menyayangi kamu hingga aku berharap ingin selalu bersama kamu bahkan ingin memilikimu seutuhnya. Namun sayangnya, kamu takkan pernah tau perasaan aku yang sesungguhnya “. Seru Yofi dalam hati kecilnya. “ Jujur aku tersiksa dengan semua ini “. Tambahnya lagi.
Terdengar suara pintu terbuka. Yofi tidak beranjak karena dia tau bahwa ibunya lah yang baru datang dari warung. Dia masih focus dengan apa yang dia cari. Hati dan fikirannya hanya memikirkan satu nama “ Alfas “. Ya, nama itu. Nama yang selalu meracuni fikiran Yofi akhir – akhir ini. Karena Alfas berbeda akhir – akhir ini. Dan lebih parahnya algi Yofi tak tau kenapa Alfas menjadi berubah baik dalam sikap maupun perkataan. Semuanya menjadi berbeda. “ Kha Alfas kenapa sih??? “. Tanya Yofi dalam fikirannya.
Panas mentari. Hangat namun terasa membakar. Yofi hanya berdiam dengan gelas isi lemon di tangannya. Ibunya yang sedang menyiapkan tidak menegur Yofi yang sedang melamun. Yofi mesih terdiam. Terkadang dilihat gambar wajahnya di depan cermin besar yang ada di depan kasur di dalam kamarnya. Yofi masih duduk termenung. “ ohhh…………”. Teriaknya tiba – tiba kegirangan. Yofi lalu beranjak dari tempat duduknya. Gelas yang berisi lemon dia letakkan begitu saja. Yofi menginjak kasur dan menginjak kusri di depan meja belajarnya lalu diambilnya map kuning tempat hasil ulangan yang baru saja selesai dilaksanakan.
“ Ini dia……. “. Katanya girang lalu di peluknya kertas foto copy soal akuntansi yang dia cari – cari. Aura yang memancarkan kebahagiaan tergambar. Di bukanya foto copy soal akuntansi yang terlipat dua. Lalu dilihatnya tulisan yang memakai pensil yang terdapat di bawah soal akuntansi itu. Tak lain adalah tulisan Alfas. Asli tangan Alfas sosok pria yang dia cinta.
“ Jika kamu hilang, maka aku tidak akan punya kenangan dari Kha Alfas karena hanya kamu satu – satunya kenangan dari dia “. Yofi terlihat berbicara sendiri. Spontan dia raba tulisan Alfas yang ada dalam foto copy soal akuntansi itu. Memang, dulu Yofi pernah meminta Alfas untuk mengerjakannya. Dan Yofi pura – pura tak mengerti. Padahal dia telah selesai mengerjaknnya. Hanya satu tujuan Yofi yaitu ingin mendapat tulisan dari tangan Alfas.
Tiba – tiba air mata Yofi menetes membasahi foto copy soal akuntansi yang dia raba. Yofi teringat ketika masih bersama Alfas. Becanda bareng, ngobrol bareng, belajar bareng bahkan naik motor boncengan ketika akan print tugas. Semuanya indah bagi Yofi. Tapi sekarang pudar sudah. Yang kini terjadi Alfas buang muka saat melihat Yofi. Senyumannya tak pernah lagi tercipta. Bahkan setiap Yofi sms Alfas tak pernah membalas. Yofi terus menunggu balasan namun semua sia – sia.
Yofi tidak pernah membayangkan semua akan terjadi. “ Mengapa harus secepat ini Kha ??? “. Tanya Yofi sambil memandangi tulisan Alfas. Yofi tidak bisa mengeluarkan apa – apa dari mulutnya. Hanya menggigit bibir bawahnya yang takut bersuara ketika menangis dan takut ketauan ibunya.
Yofi menutup pintu rapat – rapat. Dia tau ibunya akan ke kamarnya untuk menyuruhnya makan. Yofi membersihkan air matanya dengan sapu tangan kuning miliknya. Dan pura – pura membaca sambil membelakangi pintu.
“ Makan dulu sayang “. Seru Ibunya dari luar.
“ Ya Mah. Yofi mau mandi dulu udah sore. Makan nya malam aja Mah “.
“ Katanya ga mau makan malam – malam takut gemuk “.
“ Ya ini kan kepepet Mah. Dari pada ga makan “.
“ Ya sudah gimana kamu aja. Tapi mandinya sekarang ya jangan kesorean kaya kemarin “.
“ Siap Mah “.
Ibu Yofi menghilang dari pandangan Yofi. Segera Yofi mengambil handuk dan menuju kamar mandi.
Langit nampak cerah pada sore itu. Angin sepoy – sepoy menghangatkan lambaian – lambaian tangan yang tidak tertutupi baju. Burung – burung yang hitam bergerombol lalu lalang kesana – kamari. Beberapa layang – layang tampak ikut menghiasi indah dan cerahnya sore itu.
Yofi duduk di kursi kayu di depan rumahnya. Pandangannya memandangi langit sore. Di tangannya masih tergenggam kertas foto copy. Di peluknya, terkadang di pandangi. Yofi tak ingin sampai kehilangan kertas itu lagi. Karena dalam kertas itu terdapat tulisan kenangan dari Alfas sosok pria pujaannya.
“ Tau kah engkau wahai langit, kenapa dia begitu ??? “. Tanya Yofi pada langit di sore itu. “ Aku tak mengerti kenapa ini harus terjadi begitu cepat. Saat aku benar – benar dan sangat mencintainya dia pergi. Perasaan ini tampak tersiksa dengan keadaan yang kini terjadi. Harapan ingin bersamanya pun pudar. Semua hanya sekejap saja. Rasanya hanya sebuah mimpi yang telah berlalu. Namun aku di sini, aku selalu berharap dan selalu berharap mimpi itu akan kembali terjadi “. Yofi mengusap matanya yang akan menitikkan air mata. Yofi mencoba menahan semua kesedihannya. Hingga hati dan perasaannya tersiksa bahkan sangat tersiksa. Sakit dan memang sangat sakit.
“ Kha, jika Kha Alfas tau bagaimana perasaan aku sekarang. Aku yakin Kha Alfas hanya tersenyum tak mau menganggap. Karena aku tau Kha udah benci Yofi. Tapi kalau pun begitu perasaan sayang aku sama Kha Alfas akan selalu ada Kha. Seberapa besar Kha benci Yofi, sebesar itu pula Yofi sayang Kha karena Kha harus tau, Yofi cinta dan sayang Kha itu tulus tanpa melihat sisi sempurna Kha. Yofi mencintai Kha menyayangi Kha apa adanya “. Yofi tersenyum memandangi langit yang mulai menguning. Hatinya dia hibur sendiri.
Yofi melipat kertas foto copy yang ada di tangannya. Memeluknya erat – erat. Yofi merasa memeluk kertas yang ada tulisan asli dari tangan Alfas terasa Alfas itu masih dekat dengannya. Yofi menghela nafas panjang. Hatinya dia satukan dengan mata hati yang memiliki cinta yang kuat untuk Alfas.
“ Aku janji Kha, suatu saat nanti hubungan kita akan seperti dulu lagi. Aku akan berusaha supaya kita bisa dekat lagi seperti dulu. Ya kalau pun hanya sebatas teman ga lebih. Aku rela Kha asal aku bisa selalu dekat Kha “. Yofi terdiam dan mencium kertas yang di dalamnya terdapat tulisan kenangan.
“ Tulisan kenangan ini akan aku jaga. Tak kan sampai hilang. Aku janji “. Seraya Yofi menutup pintu dan masuk ke dalam kamar lalu menyimpan kertas foto copy itu dalam sebuah kotak yang lumayan aga besar. Sebelumnya Yofi memeluk lalu menciumnya. “ I LOVE YOU FOREVER KHA ALFAS “. Lalu di tutupnya kotak itu dan Yofi beranjak meninggalkan kamarnya.
0 komentar:
Posting Komentar