…………………….
Redup hanya tinggal lima sampai sepuluh watt saja. Panas mentari yang terik pada siang itu seakan ikut mengasingkan kegiatan yang lama tak usai. Perkataan – perkataan seakan hanya sebuah dongeng yang tak jelas apa isinya. Hanya membuat fikiran melayang, mata ngantuk dan jari lemas. Seraya hanya menunggu bunyi keindahan yang telah lama di damba. Bunyi yang nyaring berdering yang mampu membuat telinga merasa kagum dan bahagia.
Satu jam terasa satu tahun. Seraya fikiran melayang sudah. Mengingat semua yang baru saja terjadi. “ Kenapa aku tak menyapa atau tersenyum padanya ??? “. Jeritan hatiku saat aku mengingat semua yang terjadi ketika aku berjumpa dengannya, sosok pujaan hati yang selalu ditunggu kehadirannya. “ Tapi, kenapa dia tidak menghampiri atau menyapa bahkan tersenyum pun tidak???. Padahal, aku tau dia melihatku duduk sendiri “. Aku mencoba menenangkan hatiku sendiri. Karena aku tau dia kan temuai aku saat pulang nanti.
Yang ditunggu tak kunjung ada. Bunyi nyaring yang selalu ada seakan sirna. Namun, ternyata semua usailah sudah tapi tiba – tiba perasaan tak karuan racuni hati dan perasaan. Menggulung menggerogoti haluan jiwa yang dilanda rindu asmara. Entah kenapa, semua terjadi tiba – tiba. Aku menenangkan semuanya. Aku duduk di antara teman – temanku yang sedang becanda menunggu masuknya eskul DKM yang sudah rutin dilaksanakan. Namun, hati yang kacau tak mampu diajak berdiam. Dalam fikiran hanya tampak sosok indah yang didamba. Seorang pujaan hati yang tak tau entah dimana. Menunggu hanya menunggu, namun tak kunjung telihat.
Tak bisa diam, langkah ini melihat ke kiri dan ke kanan. Semua teman memandang bertanya tentang kelakuan aneh yang tak biasa aku lakukan. Aku tak mampu untuk mengeluarkan satu huruf pun dari mulut, apalagi harus menjawab pertanyaan teman – teman ku. Aku hanya terdiam menundukkan kepala. Tak tau lagi apa yang harus aku lakukan jika dia sampai tak kunjung datang.
“ Treeengggg “. Akhirnya, bunyi yang ditunggu – tunggu datang. Harapan besar tiba – tiba terbayang. Mata hati seakan bertepuk ikut senang. Namun hatiku, tetap saja tak karuan. Temanku seakan telah bosan. Dia pergi meninggalkanku, mengambil sapu dan menyapu ruangan. Terfikir dalam hati untuk tetap setia menunggunya. Menunggu hanya setia menunggu.
Sudah lama aku duduk namun dia tak kunjung terlihat. Teman – temannya telah jauh dari pandangan namun dia tetap saja menghilang. Terasa ketakutan dalam hati, namun aku mencoba menepisnya.
Mataku melirik sebuah pohon yang tidak begitu besar. Terlihat sosok keindahan yang menghampiri. Pancaran cahaya keindahan wajahnya, menenangkan jiwa. Sosok yang ditunggu, didamba dan dicita – citakan akhirnya ada di depan mata.
Jiwa menjadi hangat, kekaruan akhirnya pergi meninggalkan. Dia tersenyum. Memandang namun hanya sekejap saja. Hanya pamitan pulang karena ada suatu tugas yang harus diselesaikan. Seakan terasa sudah keindahan. Singkat namun bermakna. Memang berat yang terasa, telah lama menunggu namun hanya sekejap saja. Mengerti hanya bisa mengerti. Satu kunci pelajaran cinta ku. Tetap tenang kalau pun rindu sesungguhnya belumlah usai.
Selama aku belum menjadi miliknya yang utuh aku akan selalu berusaha milikinya, selama bumi masih kan terus berputar aku akan selalu bersamanya, walau sampai keujung dunia. Karena aku sadar, cintaku padanya tak terhitung berapa besarnya. Mungkin sebesar dunia, akupun tak tau. Mungkin dia adalah sosok sempurna karunia terindah. Aku akan menjaga semua anugrah yang kini ada. Aku sendiri tak tau sampai kapan keindahan ini. Namun harapan ku untuk semua selalu ada tercipta dalam relung jiwa. Berharap dia adalah satu cinta terakhir anugrah keindahan yang takkan pernah hilang.
0 komentar:
Posting Komentar