Dengan Restu - Nya

Dengan Restu - Nya
          Ribuan burung senja terbang mengelilingi angkasa. Suaranya yang merdu bernyanyi - nyanyi diangkasa. Gibasan sayapnya yang kecil mampu buat dia terbang kemanapun dia mau. Mengelilingi langit senja. Seperti tidak ada masalah dan seakan terbebas. Kemarau panjang yang tlah terjadi menyebabkan tanah tandus dan berdebu.
          Angin senja yang dingin memaksa masuk dan menggerogoti pori - pori. Menerbangkan keanggunan sorban wanita.
          Aku berjalan menerusuri jalanan yang berdebu. Mataku tak jarang aku tutupi. Aku berusaha menghilangkan kegelisahanku. Menghilangkan rindu - rindu yang tak terbalas. Aku berusaha menjaga hatiku agar jangan sampai terluka.
          Perkataan yang pernah dia beri seakan misteri. Kecuekannya akan cinta membuatku terlena. “ Apa dia yang selama ini aku cari ?”. Itulah pertanyaan hatiku saat aku mulai mengenalnya lebih.
          Aku berusaha menyimpan dan mengubur perasaan cintaku padanya. Namun, saat dia ungkapkan perasaannya, tiba - tiba rasa yang dulu pernah terkubur muncul. Bunga cinta kembali mekar. Entah kenapa dengan hati dan perasaanku. Tak mampu, jelas tak mampu untuk bisa melayukan bunga cinta yang memang telah terlanjur mekar.
          Perjalanan cinta ku tak kunjung usai. Saat aku mulai mengenalnya jiwa ku mulai hangat. Perkataan sucinya begitu menguasai jiwa. Tatapan matanya dan senyum manisnya begitu menggoda.
          Aku mulai menghubungkan dengan dua puluh kategori laki - laki yang aku cari yang ingin aku jadikan cinta terakhir dengan restu - Nya. Aku ingin dialah yang terakhir untukku. Aku benar - benar berharap semua itu terjadi. Orang bilang cinta tumbuh secara tiba - tiba tanpa ada sesuatu yang di istimewakan. Begitulah yang aku dan dia rasakan. aku bahagia namun aku tak tau kebahagiaan ini akan bertahan sampai kapan.
          aku berusaha tegar dengan sikapnya. karena aku tau memang begitulah sikapnya. Cuek, namun aku tau kecuekannya adalah kelebihannya. Aku ingin dia tau betapa aku berharap dia menjadi yang terakhir untuk ku.
          Terkadang semuanya menggelisahkan. Namun aku berusaha untuk tetap bisa melawan semua godaan yang ada. “ Aku mencintainya “ Itulah alasannya. Betapa dia sosok sempurna yang telah diberikan - Nya untuk temani hidupku. Memekarkan bunga cinta dalam hati, menghidupkan jiwa yang rapuh, menemani hari yang sepi. Aku yakin inilah anugrah - Nya,
          Aku berharap aku dan dia bisa bersatu, dengan restu - Nya. Karena aku sndiri tau kalau restu - Nya lah yang mampu menyatukan hatiku dan dia. Tak tau harus sampai kapan aku menunggu. Namun hatiku rela menunggu sampai restu - Nya tiba untuk mempersatukan ku.
          Cinta yang dalam yang aku rasa mungkin yang telah buat ku kesal saat aku tau dia berpacaran dengan___________,, aku terpukul melihatnya. Apalagi sosok pujangga status itu telah aku kenal dan satu kelas dengannya yang aku cinta. Aku meremas dada ku yang mulai terasa sakit. “ Apa itu yang dinamakan cemburu??? “. Itulah pertanyaan hatiku saat melihat semuanya. Aku berusaha menepisnya namun aku tak bisa.
          Aku berusaha untuk bertanya padanya. menanyakan semuanya yang telah aku lihat. Lambang kesedihan yang aku berikan. Namun dia balas dengan lambang cinta penuh senyuman. Aku merasa hangat. Jiwa ku yang rapuh seakan bersatu lagi. Hatiku yang hancur seakan kembali sempurna. Hanya karna satu kata dan lambang cinta darinya.
          Aku langsung bertanya kepadanya dengan penuh keberanian. Tapi tiba - tiba aku diabaikan, aku diasingkan dan aku dilupakan. Telah beberapa kali aku kirim pesan namun tak kunjung ada jawaban. “ Kenapa dengan dia???,, apa aku salah bertanya seperti itu???,, Ya Allah,, aku tidak sanggup jikalau dia menyimpan amarah di hatinya. Aku tak mungkin bisa tenang jika dia belum juga memberi jawaban kepastian. Kenapa dengan dia ??? “. Aku bertanya - tanya dalam hati kecilku tanpa aku tau apa jawabannya.
          Hatiku kembali hancur, jiwaku kembali rapuh. Aku tak mengerti tentang semua yang terjadi. Aku terdiam memandangi, memikirkan semua yang telah terjadi. Aku bercerita pada sahabatku sendiri. Tentang dia.
“ Ya mungkin pulsanya abis pas saat kamu bertanya seperti itu. Berfikir positif lebih baik “. Itulah balasan sahabatku yang berusaha menenangkanku. Aku percaya sahabatku. Hingga akhirnya aku terlelap tidur dengan bayangan bahwa dia akan memberi jawaban. 
          Disaat aku terbangun, Adzan subuh belum berkumandang. Kokok ayam belum terdengar yang terdengar Sholawat menunggu Adzan subuh datang dan nyanyian jangkrik yang tak tau apa maknanya.
          Aku memandangi HP namun sayang yang didamba, yang ditunggu, yang di harapkan, yang di cita - citakan, yang di bayangkan dan di lamunkan ternyata hanya sebuah harapan, hanya sebuah dambaan, hanya sebuah bayangan, hanya sebuah lamunan semata. Aku kembali terluka namun aku tau apa yang terjadi padaku tak jauh dari kehendak dan restu - Nya.
          Aku mencoba menenangkan hati dan fikiranku. Ku basuh mukaku dengan air wudhu. Aku baca surat cinta dari - Nya ( Al - Qur’an ) menunggu Adzan subuh.
          Tak terasa setelah aku melakukan aktifitas di waktu pagi menunggu waktu sekolah tiba. Tepat jam 06.40 WIB aku pamit untuk berangkat sekola. Hanya 20menit diperjalanan. Aku sampai. Dengan senyuman menyapa teman - teman, aku bahagia karena senyumanku di balas teman - teman ku. Saat aku akan ke kelas “ Degggdeggg “ bunyi jantungku terdengar dan jelas terasa. Dia ada di hadapanku. Tepat di hadapanku. Huhhhh,, karena aku masih kesal aku cuek,, ya kalau pun ingin sekali aku tersenyum padanya namun aku mencoba menahannya dan menundukkan kepalaku saat aku mulai melihat mata indahnya.
          Aku ingin selalu melihatnya. Karena jarangnya aku dekat dengannya. “ Apa yang harus aku lakukan ???”. Lagi lagi dan lagi pertanyaan itu kembali muncul. Aku mencintainya dan tak ingin sampai dia pergi. Aku selalu ingat “ Insya Allah, aku tak akan pernah pergi dari hati kamu “ itulah perkataan yang dia tuliskan. Aku begitu bahagia.
          Waktu yang seakan singkat. Satu hari serasa hanya satu jam. Bel tanda jam pulang sekolah berdering. Suaranya yang nyaring begitu membahagiakan semua murid yang ingin cepat pulang. Aku ada eskul, sedangkan dia ada Study Club. Di hari yang sama. Malamnya aku telah mengajaknya untuk pulang bersama. Jadi setelah pulang eskul aku akan menunggu dia.
          Setelah eskul selesai, aku di panggil sahabat dekatnya. Sahabatnya menjelaskan semuanya secara detail. Serentak aku merasa bersalah. Hatiku ingin lekas bertemu, tangan ku ingin cepat untuk meminta maaf. Aku bersalah telah menuduhnya. Terlintas sudah penyesalan hanya penyesalan.
          Aku pamit kepada semua termasuk sahabatnya. Aku menunggu tepat di depan lapang sekolah. Sendiri untuk menunggunya. Begitu lama aku menunggu. Satu jam serasa satu tahun. Telah sejam lebih aku menunggu namun tak kunjung selesai. Tepat jam 17.00 WIB, akhirnya kelas pun bubar. Aku melirik satu persatu yang keluar namun tak ada dirinya. “ Kemana dia???”. Tanya ku dalam hati. “ Apa dia ogah melihatku dan ogah pulang bareng sehingga dia ga masuk Club. Apa dia akan pergi dari hatiku gara - gara kejadian kesalahpahaman. Aku tak sanggup Ya Allah jika semua yang aku fikirkan ternyata benar “.
          Hingga kini dia tak pernah menghubungiku. Aku berusaha mengertikannya. Karena aku tau salah satu kunci adalah pengertian. Kalau pun terkadang aku rindu padanya. Namun apa daya aku tak bisa memaksanya.
          Kini aku bergelumut dengan kerinduan. Saat burung senja mengepakkan sayapnya aku menjadi lebih merindu. Kutatap bunga mawar merah yang berkumpul memenuhi pohonnya. Aku tatap sekelilingku untuk ku lepaskan rindu untuknya.
          “ Jika restu - Nya telah ada, aku yakin kamu akan kembali. Jika restu - Nya telah tiba, aku yakin bisa miliki mu. Walau terkadang aku mundur karena keadaanku. Namun aku berusaha untuk bisa melawan semua. Taukah kamu,, di sini saat senja tiba, aku selalu berharap saat datangnya gelap kamu kembali ada. Aku tak ingin kamu pergi. Dengan cinta yang aku miliki dan keyakinan yang telah ada, aku berusaha menunggumu. Senyummu, tatapanmu masih aku ingat selalu. Cintaku berharapku bisa milikimu “. Itulah harapan besarku. Entah dapat tercapai atau tidak, aku sendiri tak tau. Yang pasti aku sangat mencintai menyayangi dirinya. Seseorang yang hadir dalam kehidupan cintaku. Tubuh tinggi, putih dan berhidung mancung, idaman fisik seseorang yang aku cari yang ternyata ada pada dirinya. Tidak hanya itu, di mata ku, di mata hati kecilku, dia adalah sosok sempurna yang telah diberikan - Nya.
         
         

0 komentar:

Posting Komentar