Bahagia Dunia Akhirat
Bintang yang manis, senyuman rembulan yang telah lama tak nampak. Angin malam masih saja mendinginkan. Dan suara jangkrik belum juga ada perubahan. Terkadang terselip ketakutan yang mendalam. Jendela kamar yang tak berbaju, menimbulkan satu celah masuknya ketakutan namun harus tetap bisa di hapus dan di buang jauh - jauh. Buruan yang hilang membuat sesekali hati merasa bimbang. Tangisan dan jeritan yang terkadang sering di rasakan.
Sosok seorang laki - laki berkulit putih, berhidung mancung, tinggi, tegap, dan sholeh, selalu membayangi hati kecilku. Panah asmara telah menusukku dalam - dalam. Terluka dan sangat sakit bila sampai panah itu masuk ke relung hati terdalam. Namun aku selalu mencegahnya dengan menenangkan hati ku kalaupun terkadang masalah yang kini aku hadapi menyangkut dirinya tak kunjung juga usai. Dia bilang sayang, cinta, namun semua tak pasti. Terasa gantung hubungan yang kini terjalani. Harapan lah yang selalu tercipta bahkan ingin sekali mimpi itu terjadi. Tak ada kepastian yang benar - benar pasti.
Dia bilang jalani apa adanya, jangan sampai salah memilih pasangan. Namun apakan omongan yang dia ucapkan bisa aku pegang. Aku tak tau. Seberapa besar cintaku padanya membunuh racun yang merasuki jiwa. Kelingan air mata yang deras keluar dari hati namun tak mampu tertangkap mata. Sekilas memikirkan dan memandangi pesan indah dari dirinya. Indah dan buatku senang.
Kini aku mengerti dirinya. Aku mampu membaca fikirannya. Aku merasa telah benar - benar dekat dengannya, namun apakah semua akan berjalan sesuai dengan yang aku inginkan. Senyumnya tak pernah terlihat sejak aku mulai dekat dengannya. Saat bertemu hanya tampang yang pura – pura tak kenal. Begitu juga aku, karena aku takut jika aku senyum ataupun menyapanya, dia tidak akan membalas. “ Lebih baik diam dari pada malu jika sapaan tak terbalas “. Itulah prinsipku saat aku melihatnya. Hahhh, perasaan aku sangat serba salah. Mencoba menepis namun aku tak bisa.
Kini aku sendiri diantara gelapnya malam. Memandangi sesuatu yang mampu membuatku berbunga. Menunggu kabarnya, salam manisnya. Tak beranjak sedikitpun. Mendengarkan lagu cinta yang mampu membuat hati bahagia. Lagu untuk dirinya, salah satu dari lagu – lagu yang aku suka yang aku persembahkan untuknya.
Rindu memang mendalam, seraya aku melihatnya bercanda dan tertawa bersama teman – teman nya. “ Apa yang membuat dia menyukaiku???”. Pertanyaan itu terkadang buat ku ragu. “ Itu wajar “, singkat sahabat baikku. Aku sendiri pun menyadari, semua yang indah hanya sekejap saja. Itulah yang aku rasakan sebelumnya. Indah di awal ku rasa. Mungkin ungkapan rasa yang dia ungkapkan membuatku bingung, membuatku takut dan membuat aku penasaran.
Dulu saat pertama aku mulai dekat dengannya, aku merasa dia adalah sosok cowo yang menarik. Apalagi sikapnya sangat aku suka. Semua yang ada padanya begitu menakjubkan. Kalau pun ada satu sikap yang aku jelas tidak menyukainya. Aku mencoba menepisnya, karena semuanya mengalahkan satu dari sikapnya yang aku sangat tidak suka.
Hari – hari yang terlewati begitu singkat. Semakin hari aku semakin dekat dengan. Namun pernyataan cintanya tak keluar pula. Aku sendiri menakuti hal itu terjadi, karena aku takut untuk kembali sakit hati. Namun, semakin aku dekat dengannya perasaan cinta semakin menggila. Keinginan untuk memiliki tercipta, menepis namun tak bisa.
Keindahan dunia tiba – tiba terasa, saat malam tiba di saat aku kontek dengannya. Dia mengungkapkan keinginannya. Awalnya aku ragu, “ Apa ini seruis ? “. Pertanyaan ku terbalik padanya.
“ Ini serius, aku tipe orang yang suka bilang suka, dan engga bilang engga “. Jawabnya singkat.
“ Apa kamu terima aku apa adanya ? “. Tanyaku lagi.
“ Tentu, aku akan terima kamu apa adanya. Kamu pun harus terima aku apa adanya ya “.
Begitulah katanya. Hingga mulai malam itu terjalin lah hubungan yang lebih dari teman. Aku bahagia dan dia pun bahagia. Keindahan dunia seakan kembali tercipta. Setelah sekian lama terpuruk sendiri hingga akhirnya terciptalah kembali kebahagiian duniawi. Namun, aku ingin jadikan semua bukan untuk kebahagiaan duniawi saja. Aku ingin bahagia akhirat pula. Bersama dia di surga nantinya.
0 komentar:
Posting Komentar