XIX. AKHIRNYA AKU SADARI


AKHIRNYA AKU SADARI
            Mentari telah naik menyinari seluruh tempat yang kini aku duduki. Perasaan gundahku terdapat pada hasil belajarku, sekaligus membuktikan bahwa aku pantas untuk Deka cintai. Meski gundah, aku tetap becanda bersama temanku. Aku merencanakan sebuah acara makan dirumahku dan aku  undang semuaa temanku. Aku ingin bahagia meski aku kalah dari temanku nanti.
            Beberapa menit kemudian, seorang guru yang menjadi wakasek kesiswaan datang. Bukan wali kelasku yang dikabarkan sakit. Tak banyak yang beliau katakan. Aku berdebar. Dan aku kalah, aku tidak bisa menjadi juara umum. Aku bersender. Aku lihat raut muka ibuku yang menggambarkan kekecewaan namun tersenyum ketika aku memandangnya. Meski gelar juara umum tak aku dapatkan, aku merasa lega karena aku masih mendapatkan apa yang aku harapkan.
            Aku tersenyum kepada temanku, meski aku tak tau apakah mereka tau atau tidak aku sedang bersedih. Aku tak peduli. Dengan lambaian tanganku dan senyumanku, aku meninggalkan temanku. Hatiku belum bisa menatap ibuku. Aku dirundung kesedihan yang amat dalam. Aku tak tau akankan gelar itu bisa aku dapatkan lagi. Seiring dengan duka yang aku rasa, aku memikirkan sosok Deka. “ Sedang apa dia ??? “. Tanyaku dalam hati. Aku tak tau kenapa dengan hatiku. Tiba – tiba saja aku berfikir bahwa aku tak pantas untuk Deka.
            Langit berduka. Mentari nampak lelah. Aku berjalan hampa menuju kamarku. Aku tatap gambar Deka yang ada di meja belajarku. Nampak indah yang kemudian memberikan aku semangat baru.
            Teman, rasanya memang aku tak pantas untuk Deka. Aku pernah berjanji pada diriku sendiri untuk bisa mendapatkan juara umum agar Deka bangga. Namun, aku tak bisa. Aku ingin yang terbaik untuk Deka.
            “ K yang Syta sayang. Lihat deh Syta sedih sekarang “. Keluhku sambil ku tatap gambar Deka. “ Padahal K, Syta ingin bisa dapet juara umum. Tapi, ga bisa. Kalau K tau, K bakalan ketawa atau ngehibur Syta ???. Syta ga berani bilang K. Oya K, menurut K Syta baik ga sih untuk K. Kalau menurut SYta sih engga. Masa dapetin juara umum dari empat kelas ga bisa. K Syta sadar akan banyaknya kekurangan Syta. Terkadang Syta berfikir untuk melupakan K. Tapi, Syta ga bisa. Semakin Syta melupakan K semakin besar pula cinta Syta buat K. Kemarin K kabari Syta. Syta bahagia. Tapi, sekarang Syta sadar bahwa Syta bukan yang terbaik untuk K. Syta akan merubah diri Syta. Syta akan mencoba untuk berpegang pada waktu. Biarlah waktu yang akan memberi Syta jawaban. Jawaban pantas untuk K atau tidak. Syta akan sedikit meredam rasa cinta Syta. Meski Syta tau semuanya tak bisa. K Syta mohon ya sama K. Tolong K tetap mencintai Syta seperti Syta mencintai K. Syta akan selalu mencintai K. Syta sayang K “. Aku terdiam, aku cabut gambar Deka yang aku tempelkan di meja belajarku. Rasanya hangat teman. Namun aku dengan cepat meredam. Aku akan sedikit meredam semua. Jika aku dan Deka memang ada jodohnya. Aku yakin semuanya akan baik – baik saja. Dan Cinta aku dan juga cinta Deka pasti bisa kembali seperti sedia kala. Bahagia diantara cinta. Nantinya….

0 komentar:

Posting Komentar