XV. JUMPA LAGI


JUMPA LAGI
          Aku tersenyum lebar. Mataku sejenak aku pejamkan. Hatiku dengan lantang mengucap bahagia. Deka Putra Sajuri yang selalu aku damba hadirnya, besok akan datang menemuiku setelah beberapa hari hubunganku selalu indah karena bersama meski jauh di mata. Bahagianya hatiku. Aku tak sabar ingin memandang matanya, senyumnya, langkahnya juga becandanya. Tuhan beri aku kesempatan itu.
          Tak ada rasa lain yang aku rasakan malam ini. Hanya kebahagiaan di hati kecil ini. Aku berharap tak ada yang bisa mengganggu kebahagiaanku. Nampak mungkin bintang tersenyum bahagia melihat aku bahagia. Rembulan bersinar terang saat aku menatapnya dengan senyuman. Aku benar – benar bahagia.
          Terlarut dalam kebahgiaan. Aku merasakan kehangatan membelai tubuhku. Menjalani kebahagiaan bersamaku. Aku tertidur.
          “ Kukurruuyyyyuuuuuuuuukkkkk . . . . . . . . “.
          Terdengar ayam berkokok membangunkanku. Telingaku menyuruhku bangun dalam kegelapan. Nampaknya adzan shubuh belum berkumandang. Aku buka HPku, lalu aku baca ulang pesan Deka untuk ku. “ Semoga hari ini adalah hari bahagiaku “. Pintaku dalam hati.
          Aku beranjak menuju kamar mandi. Aku mandi lalu berwudhu. Nampaknya Ibuku belum bangun. Terlihat ruangan didepan masih gelap. Meski ada perasaan takut, aku memberanikan diri masuk kamar mandi. Hari ini keliatannya bebas, kemarin baru saja aku bersama teman – teman kelas XI lainnya pergi Study Tour ke Yogyakarta. Negeri yang asri dan indah. Aku senang bisa pergi kesana.
          Aku berangkat sekolah dengan membawa HP. Ya jelas, setelah aku izin pada Ibuku. Aku pamitan lalu bergegas menuju gank.
          Teman, aku mengirim Deka pesan. Tapi, tak kunjung ada balasan. Aku takut terluka teman, aku takut Deka hanya membohongiku. Perasaanku tak karuan. Sedih, takut, terluka, kecewa bercampur menjadi satu. “ Mungkin K Deka hanya memberiku harapan “. Ketusku.
          Teman – temanku sibuk menceritakan pengalaman saat di Yogyakarta. Berbagi dengan teman – teman yang lain juga. Saling berceritan dan becanda. Namun, aku tak karuan teman. Hatiku masih dagdigdug memikirkan Deka. Aku taku Deka membohongiku lagi. Aku takut Deka pergi lagi. Aku berusaha menepisnya dengan mengirim Deka pesan satu kali lagi. Namun hasilnya nihil. Tak dibalas lagi. “ K Deka kenapa??? “. Tanyaku dalam hati.
          Tak terasa matahari telah full memberikan sinarnya. Menyengat sekali. Aku pergi kesebuah warnet menghilangkan streesku yang bisa dikatakan sedang kecewa. Saat masuk, aku melihat seseorang yang taka sing untukku. Putih dan berhidung mancung. Dia hanya melihatku. Entah tersenyum atau tidak, karena aku menundukkan kepalaku. Aku duduk diujung ruangan. Aku tak ingin melihatnya lagi. Ya dia teman, yang dulu adalah pacarku. Tapi kini bukan. Setelah sekian lama tak bertemu. Kini aku berjumpa. Dia keluar bersama teman – temannya. Setelah aku merasa dia telah pergi jauh barulah aku keluar.
          Siang yang panas. Mentari mengeluarkan panasnya dengan suhu yang sangat tinggi. Mungkin mentari merasa apa yang aku rasakan. Aku bermaksud membeli jus untuk menghilangkan hausku. Namun, setelah aku sampai aku bertemu dia lagi. Aku kira dia takkan menghampiriku, tapi aku salah. Dia menghampiriku dan aku sedikit becanda dengannya, meski teman – temannya tak berhenti memojok – mojokanku.
          Setelah selesai aku bergegas pergi. Aku naik angkutan umum menuju rumah. Kakiku masih terasa pegal. Mataku yang kurang tidur mulai terasa ngantuk. Hampir saja aku tertidur di mobil. Namun, aku menahannya. Memalukan.
          Sampai di rumah dengan  senyuman Ibuku yang manis. Aku balas dengan penuh kebahagiaan, lalu izin untuk tidur sebentar.
          Siang yang mencekam fikirku. Malas mulai menghipnotis fikiranku. “ Huhh, K Deka ko bohong ya???. Kenapa harus bohong gitu. Apa sih salah Syta “. Gumamku saat aku mulai sadar dari tidur. Aku beranjak melihat HPku. Aku terkejut melihat pesan dari kontak yang tadi aku delete sebelum tidur. Aku melihat angka depan dan belakangnya. Tidak salah lagi, itulah No. Deka yang tadi aku delete.
          “ De, maaf K baru sms lagi, soalnya tadi K langsung ke Jakarta buru – buru gitu. Disuruh kumpul dikampus. Nyampe – nyampe HP K ga’ke bawa. Jangan marah ya “. Pesan Deka menghiasi isi inbox.
          Entah apa yang aku rasakan. Bahagia atau masih kecewa. Namun, aku sadar untuk apa aku marah toh aku bukan siapa – siapa Deka. “Iya K ga’ apa – apa ko Syta ga’ marah “. Balasku.
          “ Iya, K sekarang lagi di jalan. Jadi kan ketemunya ??? “. Tanyanya dalam pesan. Aku terdiam sendiri. Bingung harus balas apa. Tepat waktu menunjukkan pukul 15.00 WIB. Aku ada acara dengan PMR disekolah. Tapi, sudah begitu lamanya aku tak berjumpa dengan Deka. “ Aduuhhh pilih yang mana ???”. Tanyaku dalam hati.
          “ Iya K. Nanti kalau udah mau sampe sms Syta aja ya “.
          “ Iya. Tapi K ga’ ke rumah. Nunggu di gank aja. Ga’ apa – apa kan ??? “.
          “ Iya boleh “.
          Aku melupakan pesanku dengan Deka. Aku bilang pada ketua PMR untuk datang lebih awal. Tapi sayangnya, acara dimulai pukul 15.30 WIB. Aku bergegas ke kamar mandi lalu berwudhu melaksanakan shalat ashar ketika adzan terdengar berkumandang. Aku memakai pakaian PDL dengan warna abu – abu. Begitu juga celanaku berwarna abu – abu pula. Aku pamit pada Ibuku untuk berangkat. “ De, K bentar lagi sampe ke gank De “. Terkejutnya aku teman. Dengan terpaksa aku kembali pulang dan berganti pakaian.
          Ketika aku berkaca sambil bercermin, Deka mengabariku jikalau dia telah sampai. Perasaanku menjadi tak karuan. Entah senang atau apa, aku tak mengerti. Namun teman, aku merasakan kebahagiaan yang begitu dalam. Dalam hati, ingin aku menjerit memanggil nama Deka.
          Aku bergegas kembali ke gank. “ Capenya “. Keluhku. Namun, aku ingin bertemu dengan Deka. Kapan lagi aku akan bertemu. Belokan menuju gank terlihat. Sejauh mata memandang, aku melihat Deka. Dengan baju jaket merah, celana panjang dan rambutnya teman. Huhh beda dengan rambutnya yang dulu. Cepak seperti tentara.
          Teman, ketika dia melihatku dia tersenyum. Ternyata senyumannya masih seperti dulu. Tapi, nampaknya tingginya benar – benar tinggi. Entah karena aku tidak pernah melihatnya hingga terlihat seperti itu, tau mungkin memang benar adanya. Aku membalas senyumnya. Malu – malu aku pelan menuju padanya. Tak banyak cerita, aku langsung mengajaknya menaiki angkutan umum.
          Didalam angkutan, kami becanda. Berbagi cerita ketika sekian lama tak jumpa. Hatiku bahagia teman, sekian lama tak jumpa akhirnya Deka ada di depan mata. Dia memandangku seperti saat pertama aku dan dia bersama. Aku menundukkan kepala malu. Tapi, aku cepat menguasai diri. Aku telah bertekad untuk menjadi Syta yang baru. Bukan Syta yang dulu.
          Tadinya, aku akan pergi ke tempat yang dulu aku main pertama kali dengan Deka. Namun, waktu yang tidak memungkinkan. Memang ada perasaan sesal teman. Tapi, daripada tidak bertemu sama sekali. Aku makan sebuah ice cream goreng dengan jus arpuket. Dan Deka, makan es buah dengan tebs nya. Huhh yang paling membuatku indah teman, Aku dan Deka suap – suapan. Indah terasa. Rasanya tak ingin aku pulang. Ingin bersama K Deka.
          HPku terus – terus berbunyi. Isinya semua sama. Dari ketua PMR yang menyuruhku untuk cepat datang ke acara pelantikan PMR MADYA untuk memberikan sambutan. hmmm, sesal tiba – tiba ada dalam hati.
          Aku bilang. Deka tersenyum manis. Tapi tak menjawab apa – apa. Aku masih betah teman dengan Deka. Ingin selalu bersamanya teman. Aku mengajaknya pergi. Mungkin sekarang Deka pelupa teman, bayangkan saja HPnya ketinggalan diatas meja makan. Jelas saja dia kembali diatas. Sebelum pulang Deka mengajakku ke mini market membeli ice cream kesukaanku dan katanya membeli makanan untuk teman – teman PMR agar tidak marah. “ Huhh masih ingin rasanya bersama “. Keluhku dalam hati.
          Teman, Deka mengantarku ke SMP tujuan. Dan menungguku sampai temanku menjemputku di gerbang. Setelah temanku ada, barulah Deka menyebrang kembali lagi ke bawah. Hanya mengantarku lalu kembali ke bawah. Setelah Deka jauh dari mata, rasa kehilangan nampak dari mataku. Aku sedih teman. Namun, aku harus sadar, jikalau aku berjodoh dengan Deka. Mungkin lain waktu aku akan bertemu kembali.

0 komentar:

Posting Komentar