XIII. MIMPI ITU


MIMPI ITU
          Entah apa yang aku pikirkan. Yang jelas aku bermimpi Deka setelah sekian lama aku tidak lagi saling berkomunikasi. Aku bermimpi indah dengannya. Kalaupun aku tau Deka tak mungkin merindukanku.
         Teman, terbesit dalam hati kecilku “ Apa aku kangen Deka ??? “. Tiba – tiba hatiku rindu teman sangat rindu. Di dalam mimpi indahku, Deka datang ke rumahku dengan berpakaian putih plat hitam. Memakai celana panjang hitam dan rambutnya teman, berbeda dari yang dulu. Dia kelihatan keren dengan tas kulit hitam yang dia soren. Dalam mimpi indahku, Deka mengajak aku pergi jalan. Dalam perjalanan, Deka bercerita pengalamannya. Deka juga bercerita kepulangannya yang katanya ingin bertemu aku. Teman, andai itu nyata. “ Apa sih yang engga buat De “. Itulah kata – kata terakhir Deka dalam mimpi indahku.
          Teman, terkadang aku berpikir tentang mimpiku. Apa karena aku terlalu kangen Deka atau apa, aku tak tau teman. Yang jelas, setelah mimpi itu aku jadi kangen Deka.
          Sore yang hangat. Nampaknya mentari malu bersinar. Parasnya tak terlihat di mata, namun terasa oleh indra peraba. Angin mengibarkan kain penutup kepala berwarna kuning. Aku tahan supaya tidak terbang. Aku merasa gundah sangat gundah. Namun, kututupi sambil aku tiup laju angin.
          Dalam fikiranku hanya aku fikirkan satu. Seseorang yang malam tadi masuk dalam mimpiku. Seseorang yang selalu aku cinta dan aku damba hadirnya. Deka Putra Sajuri. Cinta pertama yang membuatku indah. Aku segera menepis fikiranku. Karena aku tahu satu hal, Deka tak mungkin kembali.
          “ K Deka mimpi itu benar ga ya??? “. Tanyaku dalam hati.
          Teman, yang aku harapkan adalah Deka bisa kembali menghiasi setiap detik waktuku. Menghibur disaat aku sedih dan ada selalu disaat aku membutuhkannya. Namun, aku tak yakin dengan semua itu. Aku hanya bisa berharap semua kenangan indah saat aku bersamanya bisa kembali terasa. Meski aku tau semua hanyalah mimpi belaka.
          Beberapa bulan yang lalu Deka datang. Namun, hanya sehari lalu pergi lagi. Apa yang seharusnya aku lakukan kini. Teman, aku mencintainya.
          Teman, sebenarnya hatiku ingin sekali menjerit. Ingin sekali aku memanggil nama indahnya dalam dekapan hangat. Aku ingin merasakan kebahagiaan itu, meski aku tak tau kapan semua akan terjadi. “ Syta . . . . “. Teman, terdengar suara nyaring Ibuku. Aku harus bergegas menghilangkan lamunanku dan harus segera pula menghampiri Ibuku.
          “ Iya Ma “. Jawabku ketika sampai.
          “ Abi mu pergi sebentar. Tolong jagain adikmu, dia mau makan “.
          “ Iya Ma. Syta tutup pintu dulu “.
          “ Cepetan “.
          “ Iya Ma “. Serayaku menutup pintu.
          Aku menemani adikku sambil menunggu Ibu. Aku menonton bersama adik kecilku. Perasaanku masih saja tak karuan, entah kenapa. Adzan Maghrib berkumandang. Langit menguning menampakkan kebahagiaan. Cahaya kegelapan tampak terpancar. Aku terdiam menghayati keindahan.
          Ibu telah selesai shalat. Baru setelah ibu shalat aku pergi ke kamar mandi. Aku sembahyang dikamar indahku. Kamar yang dulu penuh dengan nama A_Derasty, namun kini tak lagi. Hanya dipintu saja. Setelah sembahyang aku merebahkan tubuhka bah pohon yang telah tumbang. Aku lihat HPku, dan ternyata ada pesan dari No. yang aku tidak kenal. Akhirnya aku terlarut berkirim pesan dengan No. itu.
          “ Kumsalam “. Balasku menjawab salam yang dia limpahkan.
          “ Udah lupa. Ini Syta kan ?? “. Tanya nya singkat.
          “ Kalau dikasih tau pasti ingat. Iya ini Syta “.
          “ Wiiihhhh bneran udah lupa nih. Tuh kan Gw juga masih ingat “. Balasnya padaku.
          Teman, tadinya aku tidak mau membalas karena aku takut. Tapi, hatiku berkata lain. Aku bertanya – tanya dalam hati. Apa itu K Deka. Tapi aku membuang fikiranku jauh – jauh dan kembali membalas pesan No. misteri itu.
          “ Kasih sedikit bocoran donk. Kalau dikasih tau pasti inget “
          “ 11 Januari “. Jawabnya singkat. Aku bertanya – tanya dalam hati. Apa maksud dari pesannya. Kalaupun itu K Deka, ga mungkin K Deka bahas 11 Januari.
          “ Yang lain deh. Syta ga’ tau itu “.
          “ Aku yang pernah kamu di sms duluan “.
          “ Haahhh???. Kapan ??. kalau begitu berarti kamu satu SMA ya sama Syta. Kelas berapa kalau Ya? “.
          “ Apa orang Gw udah keluar “.
          “ Owh. Dulunya satu SMA??? “.
          “ Ya “.
          “ IPA atau IPS ??? “.
          “ IPA “.
          “ Aduhh,, Syta ga kenal kakak – kakak IPA. Cuma dikitan yang tau “.
          “ Coba sebutin “. Perintahnya
          Aku berfikir sejenak lalu aku tulis nama yang aku ingat. Jelas saja aku menulis nama K Deka lebih awal baru yang lain yang aku kenal baik itu cewe ataupun cowo. Aku menyebutkan beberapa teman K Deka yang lain. Karena memang aku hanya mengenal teman K Deka saja.
          “ Pilih donk salah satu “. Singkatnya.
          “ Siapa donk. Di kriteria itu ada ga??. Cewe atau cowo ??? “.
          “ Kalau dikasih tau curang donk. Menurutmu siapa yang mungkin sms kamu “. Balasnya.
          Aku berfikir sejenak. Tiba – tiba hatiku menyebut K Deka. Dengan memberanikan diri aku menulis nama K Deka lalu mengirimnya.
          “ Nahh itu inget “. Singkat balasannya, namun begitu membuat aku bahagia. Ya Allah ternyata K Deka. Semalam aku memimpikannya, inilah jalan-Mu.  Teman, aku benar – benar tak kuasa menahan rasa bahagia. Ingin aku menjerit mengeluarkan kesenanganku. Aku tak tau apa yang harus aku tulis untuk membalasnya. Aku terlalu bahagia.
          “ Ey dasar. Ko manggilnya kamu “. Balasku.
          “ Ya kan supaya ga’ ketauan. Hebat ga’ K ???”.
          “ Hebat deh. 11 Januari itu apa K ???”.
          “ Akhh asal ketik aja itu. Kali aja ada sesuatu yang special buat De di tanggal itu hehe “.
          “ Ey. Syta udah bingung. Syta kira siapa “.
          “ Hehe maaf ya. Gimana De kabarnya “.
          “ Sehat. K sendiri gimana ??? “.
          “ Ya K juga Sehat. Sekolahnya rame donk?? “.
          Teman, cukup lama aku berkirim pesan. Hingga akhirnya aku larut dalam kebahagiaan. Aku berharap Deka selamanya bersamaku meski jauh dimataku.

0 komentar:

Posting Komentar