XI. Saat Baru Deka Menjauh


Saat Baru Deka Menjauh

Setiap hari seperti itu, Aku selalu berkirim pesan dengan K Deka. Hingga Aku memberanikan diri untuk menulis kata love you forever di pesan facebooknya. Namun, setelah itu, K Deka tak lagi mengirim pesan untuk ku. Penyesalan banyak tecipta di hati maupun fikiranku sendiri. Aku melihat facebooknya dan melihat pesan. Ternyata K Deka menulis pesan yang sama love you forever. Begitu senang hatiku. Namun, Aku sadar K Deka menulis itu karena tak ingin membuatku kecewa.
          “ K ko ga’ sms Syta, kenapa ??? “. Aku membalas pesan K Deka dan Aku berharap mendapatkan balasan yang membuat hatiku senang. Aku masih menunggu balasan namun tetap tidak ada. Hatiku menjerit, mataku berkaca. Aku menahan dada dengan meletakkan tanganku dan  Aku kepal. Aku memejamkan mata dan menghayati semuanya. Aku meninggalkan tempat dan menatap angkasa dan duduk di kursi kayu depan rumahku. Aku tatap mawar merah yang menghiasi samping rumahku. Aku hanya berdiam tak bicara. Adikku yang masih kecil mencoba untuk mengajak Aku bermain, namun yang Aku bisa lakukan malah acuh tak acuh.
          “ Mungkin K Deka sudah punya cewe baru. Hmmm, ngapain juga aku sedih orang K Deka bukan apa – apa aku lagi. Tapi, kenapa dengan hati aku ???. Sakit rasanya memendam semua ini. Aku ingin menghapus cinta dalam hatiku, namun sayang aku ga’ bisa. Tapi aku ga’ boleh nyerah, aku pasti bisa “.
          Teman, Aku terus mengucap dalam hati kecilku. Semua seakan suram di mataku. Rasa penasaran yang menggebu dalam hatiku telah Aku coba untuk ku lupakan. Aku masuk ke kamarku lalu menulis sebuah puisi indah untuk K Deka.



Puisi Indah
Indah saat anganmu menggapai
Semuanya menari menyambut datangnya sinar api
Panas hati ingin segera menggapai mimpi
Bersamamu sampai akhir nanti

Tak ada yang lain yang seindah mimpi itu
Aku selalu memandang dan memandang masa depanku
Aku menghayati semua yang apa terjadi dalam hidupku
Hanya bersamamu yang ku ingin sampai akhir hayatku

Tapi rupaya bintang enggan berkelip
Bulan enggan untuk tersenyum
Apalagi burung malam yang sama sekali tak nampak
Semuanya hanya membuatku penasaran

Kenapa hanya sekejap hadirmu
Kenapa hanya harapan palsu yang sepintas pilu
Kenapa tak ada kepastian untuk hidupku
Yang sesungguhnya semuanya hanya untukmu

Sejak terbitnya mentari
fikiran dan hatiku hanya padamu
Dirimu anugerah untuk hidupku
Aku selalu berharap harapanku bukan sekedar harapan palsu
Tapi akan datang saat aku mulai bisa mengadu

Cintaku tak mudah pudar meski ribuan penderitaan menghadang
Jika kamu membaca puisi indah yang ku tulis disaat hatiku merana
Aku ingin kamu tau
Aku ingin kamu merasakan
Aku ingin kamu mengerti
Satu hal dalam hati
Satu hal dalam jiwa
Satu hal dalam fikiran
CINTA
Aku mencintaimu
Aku berharap cintaku terbalas olehmu
Aku berharap cintaku bisa menyatu
Semuanya cinta ini untukmu takkan pernah terganti

          Satu bait satu bait puisi Aku rangkai. Aku meneteskan air mataku saat mengenang janji – janji K Deka. “ Indah K “. Keluhku. “ Tapi, kenapa semuanya jadi begini K. Apa Syta udah ga’ pantes buat K Deka. Kalau memang iya, ajarin Syta buat bisa menghapus rasa cinta ini. Jika K tau tentang perasaan Syta, Syta tau K ga’ bakalan peduli. Mungkin, K sms Syta hanya ingin membuat Syta berharap aja. Ga’ lebih kan K ???. Hmmm, Syta benci K tapi Syta ga’ bisa “. Aku menutup muka ku dengan bantal kuning kesayanganku. Rasa cintaku pada K Deka hanya bisa membuatku menangis. Aku punya pacar, tapi Aku tidak pernah menangis karena pacarku. Hanya K Deka cowo satu – satunya yang bisa buat Aku menangis karena cinta.
          “ Syta, bantuin Mama sebentar “. Terdengar suara Ibuku memanggil. Aku terkejut mendengar ibuku memanggil. Aku mengusap air mataku dan berlari ke kamar mandi membersihkan sisa air mata. “ Sebentar Ma “. Aku bergegas menghampiri ibu ku.
          “ Tangan Mama kenapa ??? “.
          “ Mama keiris sayang. Ade kamu jagain ya, Mama mau ngobatin luka dulu “.
          “ Ma, biar Syta aja yang ngobatin. Bentar Syta bawa peralatannya “. Aku berlari menuju kamarku. Aku ambil kotak P3K kepunyaanku. Aku mempercepat langkah untuk menolong Ibu kesayanganku. Aku mahir mengobati, karena Aku sudah masuk anggota PMR  semenjak masuk SMP. Aku membersihkan darah Ibuku dengan cairan kuning atau ripanol, lalu diolesi betadine dan ditutup dengan perban. Setelah itu Aku membereskan semuanya lalu mengajak adikku bermain sambil menunggu Ibu pulih.
          Teman, aku merasa bangga mengobati Ibuku sendiri. Baru kali ini Aku mengobati ibu sejak pertama masuk menjadi anggota P3K. Aku beranjak menyalakan siaran CD yang disukai adikku. Jelas saja adikku langsung duduk menghadap TV. Adik ku tertawa melihat siaran kesukaannya.
          Langit menguning. Mentari mulai bersembunyi menyambut datangnya malam. Hijau daun nampak suram. Burung – burung mulai bergerombol menuju sarangnya. Aku mulai lupa kejadian tentang dirinya. Aku tertawa bersama adik tercinta ditemani ibu. Raut kesedihan tak terlihat di raut wajahku.
          “ Ma, Abi kemana ??? “. Tanyaku kemudian.
          “ Beli HP buat Syta “.
          “ Yang bener Ma ??? “.
          “ Ya, Abi kasihan liat kamu murung Cuma gara – gara HP “.
          “ Wahhhh makasih Ma. Semoga saja Abi beli HP ada warna kuningnya “.
          “ Tadi Mama sudah bilang gitu “.
          “ Asyik, tapi sekarang kan K Deka udah ga’ sms Syta lagi. Hmmmm, K Deka sms Syta donk “. Jeritku dalam hati.
          Adzan maghrib berkumandang jelas sekali. Aku melaksanakan shalat maghrib bergantian dengan Ibu karena harus menjaga adikku yang masih kecil. Sebenarnya Aku memiliki seorang kakak laki – laki yang umurnya dua tahun lebih tua dari Aku. Namun, setelah lulus SMK Kakak ku pergi kerja ke negeri orang dan tinggal menghitung hari Kakak ku akan pergi meninggalkan Ibu Kota karena lulus seleksi bekerja di perusahaan terkenal. Aku sendiri yang amat menyayangi kakak ku merasa sedikit kehilangan. Apalagi nanti setelah meninggalkan Ibu Kota dalam jangka waktu yang lama.
          “ Assalamualaikum “. Do’a Sang Ayah terucap sambil membuka pintu dengan tiga buah jingjingan di kedua tangannya. Aku dan Ibu menjawab serentak. Malam yang sudah mulai larut dan adzan isya sudah berkumandang setengah jam yang lalu, Ayah baru datang. Aku tersenyum menyaksikan tas kotak kecil berwarna abu – abu yang ada di tangan kanan ayah. Aku yakin itulah HP yang Ibu ceritakan.
          “ Abi apa itu ??? “. Tanyaku sambil menunjuk ke arak tas kotak kecil berwarna abu – abu.
          “ Oya, ini HP buat Syta. Jadi, HP kuning biar jadi mainan si Ade aja ya “.
          “ Ko gitu sih Abi. Si Ade kan masih kecil, lagian Syta masih sayang sama HP Syta “.
          “ Ya sudah, kamu boleh ambil dua – duanya. Tapi, jangan nganggurin adik kamu “.
          Ayah memberikan tas kotak abu – abu itu  padaku. Serentak lalu Aku membukanya. Tapi Aku sedikit kecewa teman. “ Kenapa kamu Syta ??? “. Tanya Ibu ketika melihatku cemberut.
          “ Ko warnanya biru bukan kuning ??? “.
          “ Ohhh itu. Iya sayang Abi keliling nyari HP kuning tapi ga’ ketemu. Ya sudah Abi belikan jadi warna biru “.
          “ Hmm,, ga’ apa – apa deh Abi. Makasih ya “.
          Ayah dan Ibu ku tersenyum melihat Aku sebagai anaknya bahagia. Sementara Aku sendiri langsung membongkar HP baruku. “ Hmmm, ga’ bakalan susah deh kalau mau nelpn. Tapi, sayangnya sekarang mau telponan sama siapa. K Deka udah ga’ sms Aku lagi. Hmmm, aku buka facebook ah siapa tau K Deka balas pesan aku “.
          Aku membuka akun facebookku, dan ku lihat pesan baru yang ada. Ternyata benar K Deka membalas pesan yang aku kirim.
“ kemaren K ga’ punya pulsa,, oya sekarang K pke no. baru ini no nya 085890xxxxxx. Yang lama masih ada sih pengen coba pake mentari aja. Jadi, kalau mau sms ke no itu aja ya “.
          Aku terdiam merenungi balasan dari K Deka. Teman, hatiku menangis melihat balasan dari K Deka. “ Kenapa K Deka ganti kartu ???, apa karena dia punya pacar baru atau gebetan baru ???, hmmm . . .berarti memang benar aku dan K Deka memang ga’ bisa bersatu lagi. Dan mulai sekarang aku harus bisa melupakan K Deka “.
          “ Oh gitu. K aja yang sms Syta duluan. Syta takut ganggu K “. Aku menutup akun facebook setelah membalas pesan K Deka. Aku menjadi murung, semuanya pudar suram sudah. Fikiranku melayang entah kemana. K Deka dan nama Deka Putra Sajuri yang selalu ada dalam hatiku.
          “ Untuk apa aku punya HP baru tapi ga’ bisa buat ngedenger suara K Deka. Ya Allah, jika K Deka jodoh hamba maka dekatkanlah dia. Tapi, jika dia bukan jodoh hamba maka izinkanlah hamba untuk bisa melupakan cinta hamba. Dan berikanlah petunjukmu supaya hamba bisa menghapus cinta hamba pada K Deka “.
          Malam semakin larut. Aku belum bisa memejamkan mata. Aku mengutak – atik HP baruku. Meski hati ini menjerit saking rindu pada K Deka, namun Aku akan mencoba untuk membuang rasa rinduku. Aku memandangi sebuah pesan dari pacarku. Sebuah tulisan cinta yang diberikan pacarku. Namun, nampaknya rasa cinta ini pada pacarku semakin berkurang. Wajar saja, setiap insan yang menjalin hubungan spesial pasti akan merasakan rindu. Itulah yang Aku rasakan terhadap pacarku. Namun, setiap kali Aku rindu padanya, dia tak pernah ada. Sms ga’ pernah, telpon ga’ pernah, ngobrol pun ga’ pernah. Sikap dinginnya yang terlalu, membuat Aku jengkel. Bukan hanya Aku, sahabatku yang melihat sikapnyapun merasa cape apalagi Aku yang menjalankannya. Mungkin, karena semua itu perasaanku tiba – tiba pergi begitu saja.
Teman, Aku bisa dengan cepat melupakan cinta pada pacarku. Tapi, tidak untuk K Deka. Aku tidak bisa berhenti memikirkan K Deka, apalagi sampai melupakannya. Aku dan K Deka telah lama tak berjumpa. Terakhir Aku bertemu, saat K Deka ke sekolah untuk menemui kepala sekolah. Disitu Aku bersama temanku dengan sengaja lewat untuk bertemu K Deka. Dan K Deka menyapa namun seperti terpaksa. Wajar saja Aku langsung menangis di kamar mandi.
          Teman, Aku hanya bisa menatap foto K Deka yang berkacamata. Aku sengaja menyimpan sebuah foto K Deka di HPku. “ Kapan ya K kita seperti dulu ??? “. Tanyaku sambil menatap wajah K Deka. “ Syta janji K, ga’ bakalan lupain K kalaupun K bisa dengan mudah lupain Syta “. Tambahku.

0 komentar:

Posting Komentar