BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Latar
belakang pembuatan makalah ini di dasarkan akan tugas yang harus dilaksanakan
untuk menambah nilai mata pelajaran Sosiologi. Selain itu, kelakuan dan
perlakuan masyarakat pada era ini membuat Konflik Sosial merajalela.
Keinginan
untuk saling menguasai terfikirkan. Perbedaan – perbedaan fisik maupun benturan
– benturan langsung, terjadi hanya untuk saling menguasai dan membangga –
banggakan diri sendiri.
Dengan
makalah ini dibahas mengenai startegi penyelesaian konflik. Semoga dengan
dibuatnya makalah ini, selain untuk memenuhi tugas juga bisa bermanfaat bagi
kita semua. Amin.
1.2
Permasalahan
Di
era ini, seiring permasalahan konfik terjadi. Diantaranya :
1.
Banyak sekali Konflik yang terjadi pada masyarakat di era ini.
Sehingga menyebabkan adanya perbedaan konflik.
2.
Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya konflik ?.
3.
Apa saja Jenis – jenis konflik yang terjadi pada masyarakat ?.
4.
Konflik terjadi di masyarakat. Sehingga menyebabkan beberapa akibat
– akibat yang disebabkan karena konflik. Akibat saja yang disebabkan oleh
Konflik?.
5.
Contoh Konflik.
6.
Konflik yang terjadi di masyarakat mempunyai strategi penyelesaian
konflik. Apa saja strategi penyelesaian konflik ?.
1.3
Tujuan
Tujuan
di buat nya makalah ini, selain untuk memenuhi salah satu tugas sosiologi juga
sebagai bahan acuan informasi kepada pembaca untuk dapat mengetahui konflik –
konflik yang terjadi pada masyarakat serta cara penyelesainnya. Kalaupun belum
mencapai titik kesempurnaan.
1.4
Metode
Metode
pembuatan makalah ini, diambil dari beberapa situs website, sehingga Insya
Allah makalah ini menggunakan pembahasan – pembahasan yang relavan.
1.5
Kegunaaan
Kegunaan
– kegunaannya banyak sekali yang mampu membuat kita tahu dari apa – apa yang
belum kita tahu sebelumnya. Diantaranya :
1.
Mengetahui penyebab adanya perbedaan konflik.
2.
Mengetahui Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya konflik.
3.
Mengetahui Jenis – jenis konflik yang terjadi pada masyarakat.
4.
Mengetahui beberapa akibat yang disebabkan karena konflik.
5.
Mengetahui contoh Konflik.
6.
Mengetahui strategi penyelesaian konflik.
1.6
Sistematika
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Permasalahan
1.3 Tujuan
1.4 Metode
1.5 Kegunaan
1.6 Sistematika
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konflik
2.2 Pengertian Konflik
Menerut Para Ahli
2.3 Faktor Penyebab
Konflik
2.4 Jenis – jenis
Konflik
2.5 Bentuk Konflik
Sosial
2.6 Akibat Konflik
2.7 Contoh Konflik
2.8 Strategi
Penyelesaian Konflik
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB IV DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONFLIK
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang
berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu
proses sosial antara dua orang atau lebih (anatar kelompok, antara masyarakat,
etnis dan lain sebagainya) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak
lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Dalam pengertian
radikal demikian. Konsep konflik muncul pada awal perkembangan industri di
Negara-negera industri di mana terjadi perubahan sosial yang mengarah pada
perbedaan kepentingan pemilik modal dengan buruh/pekerja ( Theory Social
Conflict – Marx).
Dalam perubahan dan perkembangan serta
dinamika masyarakat maka dilihat tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah
mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya,
konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri,
atau hilangnya suatu kepentingan tertentu antara kelompok, masyarakat atau
individu-individu di dalam masyarakat.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi, juga dapat terakumulasi dalam kelompok dana masyarakat.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi, juga dapat terakumulasi dalam kelompok dana masyarakat.
Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya
adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan,
dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi
sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat
pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok
masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya
masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
2.2
Pengertian Konflik Menurut Para Ahli
1.
Menurut Kartono & Gulo (1987), konflik berarti ketidaksepakatan
dalam satu pendapat emosi dan tindakan dengan orang lain.
2.
Fisher, dalam Saputro, 2003, Konflik bisa terjadi karena hubungan
antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki atau merasa
memiliki tujuan-tujuan yang tidak sejalan.
3.
White & Bednar (1991) mendefinisikan konflik sebagai suatu
interaksi antara orang-orang atau kelompok yang saling bergantung merasakan
adanya tujuan yang saling bertentangan dan saling mengganggu satu sama lain
dalam mencapai tujuan itu.
4.
Cassel Concise dalam Lacey (2003) mengemukakan bahwa konflik
sebagai “a fight, a collision; a struggle, a contest; opposition of interest,
opinion or purposes; mental strife, agony”. Pengertian tersebut memberikan
penjelasan bahwa konflik adalah suatu pertarungan, suatu benturan; suatu
pergulatan; pertentangan kepentingan, opini-opini atau tujuan-tujuan;
pergulatan mental, penderitaan batin.
5.
Mangkunegara, 2001, Konflik adalah suatu pertentangan yang terjadi antara
apa yang diharapkan oleh seorang terhadap dirinya, orang lain, orang dengan
kenyataan apa yang diharapkan.
6.
Robbins, 1996, Konflik adalah merugikan, oleh karena itu harus
dihindari.
2.3 Faktor
Penyebab konflik
Ø Perbedaan individu, yang
meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap
orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya.
Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata
ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani
hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya,
ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap
warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi
ada pula yang merasa terhibur. Demikian banyak hal yang dapat dicontoh,
terdapat kelompok yang merasa paling kuat, paling benar sehingga kurang
menghargai kelompok lain atau perbedaan.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh
dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu
pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
Ø Perbedaan kepentingan
antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun
latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab
itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki
kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang
sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan
kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menganggap hutan sebagai kekayaan budaya
yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak
boleh ditebang. Para petani menebang pohon-pohon
karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang.
Bagi
para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian diekspor guna
mendapatkan keuntungan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta
lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di
sini jelas terdapat perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok
lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat.
Konflik akibat perbedaan kepentingan ini
dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula
dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya
konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan
kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai,
sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri
dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka. Sering terjadi pada
industri-industri yang sedang berkembang seperti banyak terdapat di Indonesia, bahkan
dalam pengamatan terdapat konflik antara perusahan dengan pemerintah sehingga
banyak perusahana besar dan terkenal menghentikan produksinya dan memindahkan
ke negera lain.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar
terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak,
perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada
masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan
memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional
yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai
masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah
itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan
upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser
menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan.
Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi
individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak
ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan
istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara
cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di
masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan
karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
Faktor
Penyebab terjafinya Konflik Menurut Para Ahli :
1. Menurut Leopoled Von Wiese dan Howared
Becker.
Ada
empat factor penyebab umum terjadinya konflik, yaitu :
a.
Perbedaan individu
b.
Perbedaan kebudayaan
c.
Perbedaan kepentingan
d.
Perubahan social
2. Menurut J. Ranjabar factor penyebab konflik yang terjadi di
Indonesia, sebagai berikut :
a.
Adanya dominasi suatu kelompok
terhadap kelompok lain.
b.
Persaingan dalam mendapatkan mata
pencaharian hidup antara kelompok yang berlainan suku bangsa.
c.
Terdapat potensi konflik yang
terpendam yang telah bermusuhan secara adat.
2.4 Jenis-jenis konflik
Ø konflik antara atau dalam peran
sosial
(intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi
(konflik peran (role))
Ø konflik antara
kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
Ø konflik kelompok
terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
Ø konflik antar satuan
nasional (kampanye, perang saudara)
2.5 Bentuk Konflik Sosial
Sasse
(1981) mengajukan istilah yang bersinonim maknanya dengan nama conflict style,
yaitu cara orang bersikap ketika menghadapi pertentangan. Conflict style ini
memiliki kaitan dengan kepribadian. Maka orang yang berbeda akan menggunakan
conflict style yang berbeda pada saat mengalami konflik dengan orang lain.
Sedangkan Rubin (dalam Farida, 1996) menyatakan bahwa konflik timbul dalam
berbagai situasi sosial, baik terjadi dalam diri seseorang individu, antar
individu, kelompok, organisasi maupun antar negara. Ada banyak kemungkinan
menghadapi konflik yang dikenal dengan istilah manajemen konflik. Konflik yang
terjadi pada manusia ada berbagai macam ragamnya, bentuknya, dan jenisnya.
Soetopo (1999) mengklasifikasikan jenis konflik, dipandang dari segi materinya menjadi
empat, yaitu:
1. Konflik tujuan
Konflik
tujuan terjadi jika ada dua tujuan atau yang kompetitif bahkan yang
kontradiktif.
2. Konflik peranan
Konflik
peranan timbul karena manusia memiliki lebih dari satu peranan dan tiap peranan
tidak selalu memiliki kepentingan yang
sama.
sama.
3. Konflik nilai
Konflik
nilai dapat muncul karena pada dasarnya nilai yang dimiliki setiap individu
dalam organisasi tidak sama, sehingga konflik
dapat terjadi antar individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan organisasi.
dapat terjadi antar individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan organisasi.
4. Konflik kebijakan
Konflik
kebijakan dapat terjadi karena ada ketidaksetujuan individu atau kelompok
terhadap perbedaan kebijakan yang dikemuka- kan oleh satu pihak dan kebijakan
lainnya.
2.6 Akibat konflik
Hasil
dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :
Ø meningkatkan solidaritas
sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok
lain.
Ø keretakan hubungan antar
kelompok yang bertikai.
Ø perubahan kepribadian pada
individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.
Ø kerusakan harta benda dan
hilangnya jiwa manusia.
Ø dominasi bahkan penaklukan
salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
Para pakar teori telah mengklaim bahwa
pihak-pihak yang berkonflik dapat memghasilkan respon terhadap konflik menurut
sebuah skema dua-dimensi; pengertian terhadap hasil tujuan kita dan pengertian
terhadap hasil tujuan pihak lainnya. Skema ini akan menghasilkan hipotesa
sebagai berikut :
Ø Pengertian yang tinggi
untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk mencari jalan
keluar yang terbaik.
Ø Pengertian yang tinggi
untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan untuk
"memenangkan" konflik.
Ø Pengertian yang tinggi
untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan yang memberikan
"kemenangan" konflik bagi pihak tersebut.
Ø Tiada pengertian untuk
kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk menghindari konflik.
2.7 Contoh konflik
Ø Konflik Timur Tengah merupakan contoh konflik
yang tidak terkontrol, sehingga timbul kekerasan. hal ini dapat dilihat dalam konflik Israel dan Palestina.
Ø Banyak konflik yang terjadi
karena perbedaan ras dan etnis. Ini termasuk konflik
Bosnia-Kroasia (lihat Kosovo), konflik di Rwanda, dan konflik di Kazakhstan.
Ø Di Indonesia terdapat
konflik terselubung.
2.8 Strategi Penyelesaian Konflik Sosial
Pendekatan penyelesaian konflik oleh pemimpin
dikategorikan dalam dua dimensi ialah kerjasama/tidak kerjasama dan tegas/tidak
tegas. Dengan menggunakan kedua macam dimensi tersebut
ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik ialah :
1. Kompetisi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation.
2. Akomodasi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.
3. Sharing
Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lkain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.
4. Kolaborasi
Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan integrasi dari kedua pihak.
5. Penghindaran
Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini menggambarkan penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Alhamdulillah, setelah
melewati langkah – langkah pembuatan makalah ini akhirnya makalah ini bisa
selesai. Ternyata konflik – konflik di masyarakat di dasarkan karena memiliki
faktor penyebab. Namun, tidak hanya adanya terjadi konflik. Ternyata, konflik
sosial dalam masyarakat bisa terselesaikan dengan startegi penyelesaian
konflik.
Setelah
makalah ini selesai, semoga pembaca bisa mengambil kesempurnaan dan
meninggalkan kesalahan – kesalahan yang terjadi akibat keteledoran kami
sendiri.
3.2 Saran
Semoga dengan selesainya
makalah ini, pembaca merasa puas sekaligus mampu menyerap isi – isi sehingga
pembaca terhindar dari ancaman konflik sosial.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com
0 komentar:
Posting Komentar