ARTI SAHABAT
Akhir – akhir ini entah kenapa Tysa murung dan mukanya pucat. Teman yang duduk sebangku dengan nya pun tidak mengerti mengapa sikap Tysa berubah. Dulu ketika Tysa duduk di bangku kelas VIII dia termasuk anak yang sangat ceria, hari – hari ia lalui dengan rasa bangga dan tidak pernah serius dengan masalah cinta. Memang Tysa adalah anak yang sangat cuek dengan masalah cinta dan dia lebih mementingkan cita – cita untuk kehidupannya di masa mendatang yaitu menjadi seorang Guru Bahasa Indonesia.
Saat itu bel berbunyi tanda pelajaran akan di mulai. Hari itu memang hari yang sangat didambakan oleh Tysa karena pada hari itu ada pelajaran Bahasa Indenesia yang sangat ia sukai, karena menurutnya pelajaran Bahasa Indonesia adalah pelajaran yang sangat mengerti pada perasaan baik senang maupun susah seperti yang ia hadapi saat ini. Apalagi bila materi yang diberikan adalah materi yang sangat ia sukai yaitu materi tentang puisi dan cerpen.
Awalnya ketika pelajaran ia melupakan semua masalah yang dihadapi nya. Tapi setelah pelajaran itu selesai Tysa kembali murung. Lalu teman sebangku Tysa yang bernama Cindy mencoba menghampiri Tysa dan berkata dengan penuh makna “Sa, kalau misalnya kamu ada masalah coba saja cerita pada ku. Anggap saja aku ini sahabat sejatimu yang akan mendengarkan semua cerita mu suka atau pun duka ayo Sa jangan……………”. Tanpa mempersilahkan Cindy untuk berbicara Tysa memotong pembicaraan Cindy dan dengan suara sedih Tysa berkata, “Tolong Cin, kamu jangan berkata itu lagi karena itu menyakitkan perasaan ku!.”. Setelah Tysa berkata itu Cindy menunduk karena menurutnya dia telah mencampuri urusan orang yang bukan hak nya.
Tiba – tiba Tysa pergi meninggalkan Cindy yang sedang bersalah karena omonganya. Memang Cindy adalah orang yang selalu merasa bersalah walaupun masalah itu hanya sedikit. Ternyata Tysa pergi ke sebuah Perpustakaan. Karena menurutnya Perpustakaan adalah tempat yang sangat cocok untuk mendiamkan diri.
Karena merasa suntuk Tysa mengeluarkan selembar kertas lalu menulis sesuatu dikertasnya. Isi kertas itu mungkin isi hatinya. Tapi, ternyata bukan isi kertas itu merupakan sebuah surat.
Tanpa fikir panjang ia memberikan suratnya kepada seorang perempuan yang tinggi dan berambut panjang. Setelah perempuan itu menerimanya Tysa lalu pergi. Perempuan itu tidak lain adalah sahabat sejatinya yang selalu bersamanya suka ataupun duka sejak 4 tahun lamanya. Tapi, setelah menginjak kelas XI Tysa dan sahabatnya tidak pernah pulang dan pergi bersama bahkan tak pernah bicara ketika mereka bertemu.
Sahabat Tysa bernama Syta dia memang baik tapi dia hanya memikirka masalah cinta. Beda sifatnya dengan Tysa. Sifat Tysa dan Syta memang sangat sama tapi yang berbeda adalah urusan cinta.
Syta menerima surat dari Tysa dan segera membacanya. Tiba – tiba air mata Syta berlinang tangannya menutupi semua mukanya. Lalu Syta lari kedalam kelasnya. Semua bingung melihat tingkah laku Syta. Mereka menyangka kalau Syta putus dengan pacarnya. Tiba – tiba seorang perempuan yang duduk sebangku dengan Syta berkata dengan suara meyakinkan.”Ta, kalau misalnya kamu ada masalah cerita saja pada ku anggap saja aku adalah sahabat sejatimu yang siap mendengarkan semua ceritamu baik suka maupun duka.” Setelah temannya selesai berkata, Syta bangkit dan berkata, “Apa maksud mu pergi kamu aku tidak akan menganggap mu sebagai sahabat ku sampai kapan pun, karena sahabat ku hanya satu yaitu Tysa. Dia adalah orang yang selalu menemani ku dalam keadaan apapun. Sekarang pergi dan tinggalkan aku sendiri.”. Teriak Syta kepada teman sebangkunya. Lalu dia duduk dan membuka tas nya, mengambil sebuah buku dan pulpennya.
Tysa yang sejak tadi di luar merasa terharu atas kejadian itu, ia berfikir ternyata sahabatnya tidak pernah menghianatinya. Lalu air mata Tysa pun berlinang ia meninggalkan kelas Syta karena bel istirahat terakhir sudah berbunyi.
Didalam kelas ia hanya melamun. Untungnya pelajaran terakhir kosong, sehingga Tysa lebih leluasa memikirkan apa yang harus ia lakukan ketika sahabatnya membalas surat pemberian nya.
“Tringgg……….”. Terdengar suara bel berbunyi tanda pelajaran terakhir selesai. Semua murid keluar dari kelasnya kecuali Tysa. Ia diam sejenak. Telah lama kemudian Tysa keluar dari kelasnya dan ternyata sekolah telah kosong. Tiba – tiba dari belakang, Syta menghampiri Tysa. Lalu Syta memeluk Tysa dan air mata keduanya mulai berlinang membasahi pipi mereka.
“Tolong maaf kan aku Sa, ku akui memang ku salah tapi aku tidak mau kita sampai tidak sahabatan lagi! “ Kata Syta dengan memohon dalam pelukan Tysa.
“Tidak Ta, tekad ku sudah bulat mungkin ini yang terbaik untuk kita berdua. Sebenarnya aku tidak mengerti sikapmu yang sudah berubah ini. Apa mungkin sahabatnya sendiri membuat sakit hati? apa mungkin karena sahabat seseorang dapat menangis? apa mungkin karena sahabat hati seseorang dapat hancur?, dan apa mungkin karena sahabat seseorang bisa murung?”. Jelas Tysa kepada sahabatnya.
“Sebenarnya kamu tidak mengerti Sa, aku selalu bersedih sendirian, aku selalu menangis tanpa mencurahkan isi hati ku, dan aku selalu meratapi nasibku yang selalu salah. Tapi aku tidak ada maksud untuk tidak bercerita kepadamu, aku hanya………….”
“Hanya apa Ta, hanya kamu malu bercerita kepadaku?” Kata Tysa dengan tegas
“Tidak Sa, kamu salah. justru aku ingin sekali bercerita kepadamu tapi aku malu karena aku hanya memikirkan masalah cinta, cinta dan cinta beda hal nya dengan mu. Kamu selalu bahagia walau pun kamu tidak mempunyai seorang kekasih, sebenarnya aku iri padamu”. Jawab Syta mengutarakan isi hatinya selama ini.
Tysa hanya diam dia tidak ingin berkata apa – apa lagi karena menurutnya perkataan Syta sudah sangat keterlaluan dan sangat menyakitkan.”Kenapa Sa? Sekarang kamu sudah tau alasannya, dan aku berjanji mulai saat ini aku tidak akan mempunyai sikap seperti itu, aku akan mengulangi semua dari awal. Tolong Sa, beri aku satu kesempatan lagi untuk memperbaiki semua ini, aku mohon Sa, karena kamu lah sahabat sejati satu – satunya yang aku punya dan kamu juga yang bisa mendengarka curahan hati ku.” Jelas Syta kepada Tysa.
Tiba – tiba Tysa memeluk Syta dengan rasa bangga dan merasa bersalah, karena menurutnya dia telah memfitnah sahabatnya sendiri dan telah melakukan kesalahan yang sangat fatal.
“Apa artinya kamu sudah memaafkan aku Sa?”Jelas Syta.
“Ya, mulai saat ini kita kan sahabatan seperti dulu lagi, sebenarnya aku tidak ingin berpisah dengan mu, mungkin kita berdua ditakdirkan menjadi seorang sahabat sejati.”
“Makasih Sa, aku janji akan memperbaiki semua sikapku dan akan melupakan masalah yang selalu membuatku sakit hati. Aku berjanji Sa, karena kamu lah sahabat sejatiku.”
Akhirnya mereka berdua akrab seperti dulu, mereka lalu merapatkan jari kelingking nya sebagai tanda akan bersama suka maupun duka. Mereka lalu pulang berdua dengan bergandengan tangan sebagai tanda keakraban mereka.
Dan pada saat itu mereka mulai menempuh hidup seperti semula. Mereka belajar, pulang, pergi bersama seperti dulu. Sifat Tysa yang semula sering murung kini, kembali ceria seperti dulu. Dan nilai keduanya semakin meningkat, karena semangat belajar Tysa dan Syta lebih baik dari sebelumnya.
Mungkin itulah arti sahabat yang sesungguhnya, dari pada punya kekasih tapi tersisih, lebih baik punya sahabat tak pernah berdebat dan jalani hidup dengan penuh semangat.
0 komentar:
Posting Komentar