Yang Didamba
Tiba
Merah sangat terlihat merahnya. Gaun malam yang
dihiasi dengan indahnya mute kuning
dengan pareasi hitam. Ditambah kerudung merah yang pas dengan gaunnya yang
terurai panjang menutupi sebagian badan.
Semua itu, Aku pakai dengan perasaan yang begitu sedang bahagia. Aku memutar – mutar tubuhku
dibalik cermin. Dengan senyuman yang selalu Aku tampakan. Wajah manisku dan terlihat murni tanpa make up.
Malam itu malam
minggu. Malamnya anak remaja yang sedang dilanda asmara. Terasa panjang jika
dinikmati dengan pasangan kekasih, sambil melihat hamparan bintang di angkasa
yang menghiasi malam dengan sindiran burung malam yang menggoda.
Aku keluar dari
kamar. Menemui ke dua orang tuaku. Disapanya mereka dengan penuh senyum
kehangatan. Kedua orang tuaku tersenyum melihatku. Perasaan bangga terlihat
dari pancaran muka ke dua orang tuaku. “ Cantiknya anak Mama “. Sanjungan dari mulut
sang Ibu yang membuat Aku terharu. “ Syta memang cantik Ma “. Jawabku singkat.
“ Abi, Syta udah
siap. Abi ko belum siap ??? “. Tanyaku pada ayah ku yang sedang duduk santai di
kursi.
“ Ya Abi siap – siap
dulu ya gadis manis “.
“ Ok Abi “.
Ayahku meninggalkan
kursinya. Aku duduk di samping ibuku tercinta. “ Mama, mau ikut ??? “.
“ Ah, kamu saja sama
Abi mu, Mama harus menjaga adikmu. Masa ditinggal sendiri “.
“ Oya, hmmmm. . . “.
“ Syta, kamu ga malu
malam minggu begini jalan – jalan sama ??? “. Tanya Ibuku sedikit serius.
“ Ya engga lah Ma.
Justru Syta senang “.
Itulah Aku Teman. Kalau
pergi selalu bersama ayahku. Aku memang memiliki seorang teman sepesial atau
biasa disebut pacar. Namun, sikap pacar ku yang terlalu dingin membuat ku jengkel.
Telah beberapa kali Aku selalu menyinggung hubunganku supaya bisa berakhir,
namun selalu dan selalu gagal. Yang Aku bisa lakukan adalah mengikuti permainan
hati pacarku. Tak lebih yang bisa Aku lakukan, bersabar dan hanya bisa
bersabar.
Terdengar suara
nyayian dari kamarku. Nyayian yang bisa di bilang jadul. Nyayian itu berasal
dari HP Aku yang berbunyi. Aku kembali ke kamar dan mengambil HP di atas bantal
kuning kesayanganku. Dibukanya sebuah pesan dari no. yang tak dikenal. “ Hahhh
. . “. Aku terpental kaget saat melihat isi pesan.
“ De??? “. Hanya itu pesan yang terpampang di layar HPku. Aku sudah
tau dari siapa pesan itu. Kalaupun No. yang terpampang tanpa nama, tapi setelah
aku lihat ternyata aku hafal No. siapa itu. Tak tau apa yang Aku rasakan.
Hatiku jelas berbunga. Namun, AKu merasakan ada perasaan khawatir yang terlihat
jelas di dalam hatiku. Aku ingin membalasnya namun Aku tak tau huruf apa yang
harus Aku ketik untuk membalasnya. Orang yang mengirim Aku pesan adalah orang
yang sangat Aku sayangi. Orang yang pernah mengisi hidupku. Orang yang
mengenalkan Aku pada indah dan pahitnya cinta. Teman, Aku sangat mencintainya.
Deka Putra Sajuri namanya. Sosok indah yang selalu ku damba hadirnya. Bahkan, K
Deka adalah satu – satunya cowo yang pernah membuat Aku menangis. K Deka pula
yang paling mengerti hatiku. Semua itu yang membuat Aku sangat mencintainya.
“ Ap K ??? “. Balasku
kemudian.
“ Syta, ayo entar
kemaleman “. Terdengar suara Ayahku memanggil.
“ Iya Abi “.
Aku keluar dengan
membawa HP kuning kesayangannya. Kalaupun HPnya sedikit marah, tapi Aku tetap
menyayanginya. Aku pamit pada ibuku. Lalu pergi bersama ayahku tercinta. Tampak
memang sangat mirip antara Aku dan ayah. Karena memang, menurut tetangga, aku
terlahir mirif dengan ayah. Berkulit manis dan berhidung sidikit mancung.
“ Abi, mau kemana sih
??? “.
“ Abi mau ngajakin
kamu jalan – jalan aja “.
“ Jalan – jalan aja
Abi ??? “.
“ Iya dong, mau apa
lagi “.
Aku terdiam. Aku
membuka Hp dan sedikit berharap ada pesan dari K Deka. Ternyata ya. Berbunga –
bunga hatiku. Aku tersenyum sendiri, dipeluknya HP yang sangat Aku sayangi. “ De gmana kbarnya ??? “. Hanya tiga
kata namun berarti untukku. Aku membalasnya dengan penuh senyuman. Tapi tiba –
tiba HP ku kembali marah. Tiba – tiba saja HPku mati. Aku mencoba menghidupkan
tapi kembali mati. “ Huhhh,, cape ngurusin kamu “. Bentak ku, kemudian ku memasukkan
kembali kedalam saku.
“ Kenapa kamu Syta
??? “.
“ HP Syta Abi “.
“ Simpanlah dulu,
inikan masih di jalan “.
“ Tapi Abi, ini
penting “.
“ Ya sudah, coba lagi
“.
Aku mengambil HPku
dan apa yang Ayah ku katakan ternyata benar. “ K nant telpnn yu “. Itulah balasanku. Tak lama kemudian balasan K Deka
terpampang.
“ Aduhhh, K ga’ punya pulsa de,, hehehehe “.
“
Hmmm,, biar Syta aja yang nlpn K “.
“
Nanti pulsa De abis low De yg nlpn K “.
“ Ga’
apa – apa K, blh g K ??? “.
“ Blh
dong De, tlpn aja “.
“
Tapi nanti ya K, Syta mau mandi dulu “.
“
Iya, K tungguin De “.
Aku tak membalasnya lagi. Aku terpaksa berbohong
karena tak ingin mengecewakan K Deka. Aku berfikir, kalau dia telpon K Deka
sekarang pasti HP ku mati lagi mati lagi. Kalau di rumah bisa memakai HP satu
lagi. “ Terpaksa deh bohong. Maafin Syta ya K “.
“ Abi, mau apa kita
kemari ??? “. Tanyaku saat Aku dan ayah masuk ke dalam toko baju langganan.
“ Masa mau beli soto
sih “.
“ Bukan gitu Abi,
Syta kan ga’ minta beli baju “.
“ Ya, tapi Syta mau
beli rompi kuning kan ??? “.
“ Ko Abi tau ??? “.
“ Mama mu ngadu sama
Abi. Sudah pilih saja, sekalian Abi mau pilih kemeja “.
Begitu senang hatiku.
Aku menuju tempat rompi – rompi di pampang. Namun, tak ada satupun yang menjadi
seleraku. Aku murung, lalu mencari ayahku. Mukaku sedikit cemberut dan jalan ku
lambat. “ Mana sih Abi ??? “. Keluhku. Aku masih berjalan mencari ayah
menelusuri toko baju yang amat luas.
“ Hei, mau kemana.
Mana rompinya ??? “. Tanya Ayahku memberhentikan langkah pelanku.
“ Ga’ ada Abi. Syta mau pulang aja “.
“ Ko gitu, Abi belum
selesai “.
“ Ya sudah, Syta
pulang duluan saja Abi “.
“ Loh kenapa ???.
Tapi, ya sudah gimana kamu. Mau pesen apa ??? “.
“ Martabak keju aja
Abi “.
“ Ya sudah, hati –
hati ya “.
Aku tidak menjawab.
Langkahku dipercepat, karena baru pertama Aku pergi seorang diri. Apalagi
jaraknya sangat jauh dengan rumah. Harus beberapa kali naik angkutan umum. Aku
tak punya pilihan lain, dalam hati hanya ingin mendengar suara yang selalu
ingin Aku dengar.
Tepat jam 09.13 WIB,
Aku sampai. Dibukanya pintu dengan ucapan salam. Lalu mencium tangan ibuku.
“ Loh, kemana Abi ???
“.
“ Abi masih milih –
milih baju Umi “.
“ Lantas, mana rompi
yang kamu mau ??? “
“ Ga’ ada Umi. Syta pulang duluan aja,
karena mau nelpon seseorang. Dah Umi “.
Aku masuk ke dalam
kamar. Aku mengambil HP putih di dalam lemari biruku. Lalu dimasukkan kartu
untuk menelpon. Aku sudah tidak sabar ingin mendengar suara K Deka. Karena
sudah lama tidak mendengar suara K Deka. Tapi, setelah panggilan terhubung tiba
– tiba HPku mati. Aku bergegas menghidupkan kembali. Namun, mati dan mati lagi.
Beberapa kali Aku coba. Namun, tetap saja mati lagi dan mati lagi. “ Ikkhhhh,
ini HP atau apa sih. Kalau sekarang mati lagi aku banting HP ini “. Aku kembali
mencoba menghidupkan dengan hati – hati. Dan akhirnya tersambung.
“ De “. Sapa K Deka.
Namun, Aku terdiam karena tak menyangka bisa mendengar suara K Deka lagi. “ De
??? “. Sapa K Deka sekali lagi.
“ Ya K,, lama ya Syta
nelpon nya ??? “.
“ Ga’ K ngerti ko cewe mandinya lama, (
hehehehe ). Gmana De sekolahya??? “.
“ Ya gitu, K ko
berisik sih ???. Telinga Syta sakit “.
“ Ya De, K lagi di
jalan nih sama temen – temen mau pulang. Ini lagi di terminal “.
“ Tapi telinga Syta
sakit ey “. Aku mengeluh. HP yang aku pegang aku jauhkan dari telinga.
“ Hmmm,, ya udah
sekarang matiin dulu aja telpn nya, dari pada telinga De sakit. Terus kata
temen K juga kalau di terminal jangan main – main HP takutnya ada apa gitu “.
“ Ya udah boleh K “.
“ Ga apa – apa
kan???. Kita sms aja ya, kalau nyampe nanti K kasih tau “.
“ Ya udah,
asssalamualaikum K “.
“ Waalaikum salam “.
Aku mengakhiri
panggilan. Aku melihat sisa saldo yang tersisa. Aku terkejut, karena sisa
saldonya ternyata turun drastis. “ Tapi ga’
apalah. Lagian kan buat K Deka “. HPku tiba – tiba berbunyi. Ternyata K Deka.
“ De maaf ya telepn nya. K lagi di jalan kan takut ada apa – apa “.
“ Huhhh, kenapa ga
bilang dari tadi kalau lagi di jalan. Aku udah mati hidupin HP ehhh malah bentar. Perlu pengorbanan pengen nelpon juga. Cape kalau gini terus “. Aku keluar kamar. Aku lirik Ibuku sambil
cemberut. Ibuku tidak bertanya apa – apa. Beliau sudah tau sebab kenapa Aku
seperti itu.
“ Ya K ga apa – apa ko. Oya K, Syta ga’ bisa nelpn lagi. Pulsanya abis
K, tadi mahal banget nelpnnya. Ga’ apa – apa kan K ??? “.
“ Oya ???. Aduhhh De, gara – gara nelpn K pulsanya jadi abis “.
“ Ga’
apa – apa ko. Oya K, udah nyampe ??? “.
Aku beranjak. Aku
sudah tau kalau ayahku datang, karena terdengar langkah kaki ayahku. Benar
adanya, Ayahku membuka pintu dengan ucapan salam. Ibuku yang dari tadi menunggu
menyambut dengan membalas salam. “ Syta kemana Umi ??? “. Tanya Ayahku sambil
tengok kanan – tengok kiri.
“ Tuh, lagi cemberut
“.
“ Loh kenapa ???.
Syta . . . . Syta. . . . ini martabak kejunya. Sini !!!! “.
“ Simpan saja Abi,
Syta kenyang “. Aku berteriak sedikit kencang. Mukaku masih merah seperti baju
yang Aku kenakan. Ayahku hanya berdiam diri mengikuti kemauanku. Aku memandangi
HPku. Lumayan lama Aku berkirim pesan dengan K Deka. Hingga Aku sudah bersiap
tidur, namun antara Aku dan K Deka masih berlanjut.
“ De K kan pernah bilang, rasa sayang K ke De ga’ bakalan ilang.
Kalaupun rasa sayang K ke De ga’ sebesar dulu “.
Mataku berkaca ketika
membaca pesan K Deka. Aku menahan air mataku agar tidak jatuh. Aku merasa sudah
tidak ada lagi harapan untuk bisa bersama.
“ Berarti kita ga’ mungkin bersama K ??? “.
“ Ga’
gitu juga De. Kalau kita jodoh kenapa engga “.
“
Tapi kan rasa sayang K udah kecil gitu “.
“
Hmm,, mungkin rasa sayang K akan bertambah dan bertambah lagi kalau kita bisa
deket lagi kaya dulu. Mungkin bisa lebih besar dari pada waktu dulu. Bisa aja
kan ??? “.
Teman, begitu
panasnya hatiku seangkan enggan untuk membalas. Aku menarik nafas panjang. Aku
tak tau apa yang harus Aku ketik lagi. Aku hanya bisa menutuk kedua mataku,
sambil Aku kenang kenangan saat bersama K Deka dulu. Tak terasa, Aku masuk ke
dalam mimpi.
“ Syta bangun sayang
. . .!!! “.
Aku membereskan
kerudung tidurku. Ku lihat HP yang tadi malam telah menemani Aku dengan K Deka.
“ Hmmm, aku kira K Deka mau sms aku lagi. Tapi engga. Huhh, dia bilang
sayangnya udah ga’ kaya dulu. Berarti
bener K Deka sudah tidak sayang sama aku. Tabahkan aku Ya Allah “. Jeritku dalam hati. Hati kecilku tak mampu
menahan sakit. Aku merasa harus bisa menghapus cintanya. Tapi sayangnya Aku tak
bisa. Aku terlalu menyayangi K Deka, Deka Putra Sajuri di hatiku dan tetap akan
ada dihatiku.
0 komentar:
Posting Komentar