X. Yang Didamba Tiba


Yang Didamba Tiba
Merah sangat terlihat merahnya. Gaun malam yang dihiasi dengan indahnya mute kuning dengan pareasi hitam. Ditambah kerudung merah yang pas dengan gaunnya yang terurai panjang menutupi sebagian badan.  Semua itu, Aku pakai dengan perasaan yang begitu  sedang bahagia. Aku memutar – mutar tubuhku dibalik cermin. Dengan senyuman yang selalu Aku tampakan. Wajah manisku  dan terlihat murni tanpa make up.
          Malam itu malam minggu. Malamnya anak remaja yang sedang dilanda asmara. Terasa panjang jika dinikmati dengan pasangan kekasih, sambil melihat hamparan bintang di angkasa yang menghiasi malam dengan sindiran burung malam yang menggoda.
          Aku keluar dari kamar. Menemui ke dua orang tuaku. Disapanya mereka dengan penuh senyum kehangatan. Kedua orang tuaku tersenyum melihatku. Perasaan bangga terlihat dari pancaran muka ke dua orang tuaku. “ Cantiknya anak Mama “. Sanjungan dari mulut sang Ibu yang membuat Aku terharu. “ Syta memang cantik Ma “. Jawabku singkat.
          “ Abi, Syta udah siap. Abi ko belum siap ??? “. Tanyaku pada ayah ku yang sedang duduk santai di kursi.
          “ Ya Abi siap – siap dulu ya gadis manis “.
          “ Ok Abi “.
          Ayahku meninggalkan kursinya. Aku duduk di samping ibuku tercinta. “ Mama, mau ikut ??? “.
          “ Ah, kamu saja sama Abi mu, Mama harus menjaga adikmu. Masa ditinggal sendiri “.
          “ Oya, hmmmm. . . “.
          “ Syta, kamu ga malu malam minggu begini jalan – jalan sama  ??? “. Tanya Ibuku sedikit serius.
          “ Ya engga lah Ma. Justru Syta senang “.
          Itulah Aku Teman. Kalau pergi selalu bersama ayahku. Aku memang memiliki seorang teman sepesial atau biasa disebut pacar. Namun, sikap pacar ku yang terlalu dingin membuat ku jengkel. Telah beberapa kali Aku selalu menyinggung hubunganku supaya bisa berakhir, namun selalu dan selalu gagal. Yang Aku bisa lakukan adalah mengikuti permainan hati pacarku. Tak lebih yang bisa Aku lakukan, bersabar dan hanya bisa bersabar.
          Terdengar suara nyayian dari kamarku. Nyayian yang bisa di bilang jadul. Nyayian itu berasal dari HP Aku yang berbunyi. Aku kembali ke kamar dan mengambil HP di atas bantal kuning kesayanganku. Dibukanya sebuah pesan dari no. yang tak dikenal. “ Hahhh . . “. Aku terpental kaget saat melihat isi pesan.
          “ De??? “. Hanya itu pesan yang terpampang di layar HPku. Aku sudah tau dari siapa pesan itu. Kalaupun No. yang terpampang tanpa nama, tapi setelah aku lihat ternyata aku hafal No. siapa itu. Tak tau apa yang Aku rasakan. Hatiku jelas berbunga. Namun, AKu merasakan ada perasaan khawatir yang terlihat jelas di dalam hatiku. Aku ingin membalasnya namun Aku tak tau huruf apa yang harus Aku ketik untuk membalasnya. Orang yang mengirim Aku pesan adalah orang yang sangat Aku sayangi. Orang yang pernah mengisi hidupku. Orang yang mengenalkan Aku pada indah dan pahitnya cinta. Teman, Aku sangat mencintainya. Deka Putra Sajuri namanya. Sosok indah yang selalu ku damba hadirnya. Bahkan, K Deka adalah satu – satunya cowo yang pernah membuat Aku menangis. K Deka pula yang paling mengerti hatiku. Semua itu yang membuat Aku sangat mencintainya.
          “ Ap K ??? “.  Balasku kemudian.
          “ Syta, ayo entar kemaleman “. Terdengar suara Ayahku memanggil.
          “ Iya Abi “.
          Aku keluar dengan membawa HP kuning kesayangannya. Kalaupun HPnya sedikit marah, tapi Aku tetap menyayanginya. Aku pamit pada ibuku. Lalu pergi bersama ayahku tercinta. Tampak memang sangat mirip antara Aku dan ayah. Karena memang, menurut tetangga, aku terlahir mirif dengan ayah. Berkulit manis dan berhidung sidikit mancung.
          “ Abi, mau kemana sih ??? “.
          “ Abi mau ngajakin kamu jalan – jalan aja “.
          “ Jalan – jalan aja Abi ??? “.
          “ Iya dong, mau apa lagi “.
          Aku terdiam. Aku membuka Hp dan sedikit berharap ada pesan dari K Deka. Ternyata ya. Berbunga – bunga hatiku. Aku tersenyum sendiri, dipeluknya HP yang sangat Aku sayangi. “ De gmana kbarnya ??? “. Hanya tiga kata namun berarti untukku. Aku membalasnya dengan penuh senyuman. Tapi tiba – tiba HP ku kembali marah. Tiba – tiba saja HPku mati. Aku mencoba menghidupkan tapi kembali mati. “ Huhhh,, cape ngurusin kamu “. Bentak ku, kemudian ku memasukkan kembali kedalam saku.
          “ Kenapa kamu Syta ??? “.
          “ HP Syta Abi “.
          “ Simpanlah dulu, inikan masih di jalan “.
          “ Tapi Abi, ini penting “.
          “ Ya sudah, coba lagi “.
          Aku mengambil HPku dan apa yang Ayah ku katakan ternyata benar. “ K nant telpnn yu “. Itulah balasanku. Tak lama kemudian balasan K Deka terpampang.
          “ Aduhhh, K ga’ punya pulsa de,, hehehehe “.
          “ Hmmm,, biar Syta aja yang nlpn K “.
          “ Nanti pulsa De abis low De yg nlpn K “.
          “ Ga’ apa – apa K, blh g K ??? “.
          “ Blh dong De, tlpn aja “.
          “ Tapi nanti ya K, Syta mau mandi dulu “.
          “ Iya, K tungguin De “.
          Aku tak membalasnya lagi. Aku terpaksa berbohong karena tak ingin mengecewakan K Deka. Aku berfikir, kalau dia telpon K Deka sekarang pasti HP ku mati lagi mati lagi. Kalau di rumah bisa memakai HP satu lagi. “ Terpaksa deh bohong. Maafin Syta ya K “.
          “ Abi, mau apa kita kemari ??? “. Tanyaku saat Aku dan ayah masuk ke dalam toko baju langganan.
          “ Masa mau beli soto sih “.
          “ Bukan gitu Abi, Syta kan ga’ minta beli baju “.
          “ Ya, tapi Syta mau beli rompi kuning kan ??? “.
          “ Ko Abi tau ??? “.
          “ Mama mu ngadu sama Abi. Sudah pilih saja, sekalian Abi mau pilih kemeja “.
          Begitu senang hatiku. Aku menuju tempat rompi – rompi di pampang. Namun, tak ada satupun yang menjadi seleraku. Aku murung, lalu mencari ayahku. Mukaku sedikit cemberut dan jalan ku lambat. “ Mana sih Abi ??? “. Keluhku. Aku masih berjalan mencari ayah menelusuri toko baju yang amat luas.
          “ Hei, mau kemana. Mana rompinya ??? “. Tanya Ayahku memberhentikan langkah pelanku.
          Ga’ ada Abi. Syta mau pulang aja “.
          “ Ko gitu, Abi belum selesai “.
          “ Ya sudah, Syta pulang duluan saja Abi “.
          “ Loh kenapa ???. Tapi, ya sudah gimana kamu. Mau pesen apa ??? “.
          “ Martabak keju aja Abi “.
          “ Ya sudah, hati – hati ya “.
          Aku tidak menjawab. Langkahku dipercepat, karena baru pertama Aku pergi seorang diri. Apalagi jaraknya sangat jauh dengan rumah. Harus beberapa kali naik angkutan umum. Aku tak punya pilihan lain, dalam hati hanya ingin mendengar suara yang selalu ingin Aku dengar.
          Tepat jam 09.13 WIB, Aku sampai. Dibukanya pintu dengan ucapan salam. Lalu mencium tangan ibuku.
          “ Loh, kemana Abi ??? “.
          “ Abi masih milih – milih baju Umi “.
          “ Lantas, mana rompi yang kamu mau ??? “
          Ga’ ada Umi. Syta pulang duluan aja, karena mau nelpon seseorang. Dah Umi “.
          Aku masuk ke dalam kamar. Aku mengambil HP putih di dalam lemari biruku. Lalu dimasukkan kartu untuk menelpon. Aku sudah tidak sabar ingin mendengar suara K Deka. Karena sudah lama tidak mendengar suara K Deka. Tapi, setelah panggilan terhubung tiba – tiba HPku mati. Aku bergegas menghidupkan kembali. Namun, mati dan mati lagi. Beberapa kali Aku coba. Namun, tetap saja mati lagi dan mati lagi. “ Ikkhhhh, ini HP atau apa sih. Kalau sekarang mati lagi aku banting HP ini “. Aku kembali mencoba menghidupkan dengan hati – hati. Dan akhirnya tersambung.
          “ De “. Sapa K Deka. Namun, Aku terdiam karena tak menyangka bisa mendengar suara K Deka lagi. “ De ??? “. Sapa K Deka sekali lagi.
          “ Ya K,, lama ya Syta nelpon nya ??? “.
          Ga’ K ngerti ko cewe mandinya lama, ( hehehehe ). Gmana De sekolahya??? “.
          “ Ya gitu, K ko berisik sih ???. Telinga Syta sakit “.
          “ Ya De, K lagi di jalan nih sama temen – temen mau pulang. Ini lagi di terminal “.
          “ Tapi telinga Syta sakit ey “. Aku mengeluh. HP yang aku pegang aku jauhkan dari telinga.
          “ Hmmm,, ya udah sekarang matiin dulu aja telpn nya, dari pada telinga De sakit. Terus kata temen K juga kalau di terminal jangan main – main HP takutnya ada apa gitu “.
          “ Ya udah boleh K “.
          “ Ga apa – apa kan???. Kita sms aja ya, kalau nyampe nanti K kasih tau “.
          “ Ya udah, asssalamualaikum K “.
          “ Waalaikum salam “.
          Aku mengakhiri panggilan. Aku melihat sisa saldo yang tersisa. Aku terkejut, karena sisa saldonya ternyata turun drastis. “ Tapi ga’ apalah. Lagian kan buat K Deka “. HPku tiba – tiba berbunyi. Ternyata K Deka.
          “ De maaf ya telepn nya. K lagi di jalan kan takut ada apa – apa “.
          “ Huhhh, kenapa ga bilang dari tadi kalau lagi di jalan. Aku udah mati hidupin HP ehhh malah bentar. Perlu pengorbanan pengen nelpon juga. Cape kalau gini terus “.  Aku keluar kamar. Aku lirik Ibuku sambil cemberut. Ibuku tidak bertanya apa – apa. Beliau sudah tau sebab kenapa Aku seperti itu.
          “ Ya K ga apa – apa ko. Oya K, Syta ga’ bisa nelpn lagi. Pulsanya abis K, tadi mahal banget nelpnnya. Ga’ apa – apa kan K ??? “.
          “ Oya ???. Aduhhh De, gara – gara nelpn K pulsanya jadi abis “.
          “ Ga’ apa – apa ko. Oya K, udah nyampe ??? “.
          Aku beranjak. Aku sudah tau kalau ayahku datang, karena terdengar langkah kaki ayahku. Benar adanya, Ayahku membuka pintu dengan ucapan salam. Ibuku yang dari tadi menunggu menyambut dengan membalas salam. “ Syta kemana Umi ??? “. Tanya Ayahku sambil tengok kanan – tengok kiri.
          “ Tuh, lagi cemberut “.
          “ Loh kenapa ???. Syta . . . . Syta. . . . ini martabak kejunya. Sini !!!! “.
          “ Simpan saja Abi, Syta kenyang “. Aku berteriak sedikit kencang. Mukaku masih merah seperti baju yang Aku kenakan. Ayahku hanya berdiam diri mengikuti kemauanku. Aku memandangi HPku. Lumayan lama Aku berkirim pesan dengan K Deka. Hingga Aku sudah bersiap tidur, namun antara Aku dan K Deka masih berlanjut.
          “ De K kan pernah bilang, rasa sayang K ke De ga’ bakalan ilang. Kalaupun rasa sayang K ke De ga’ sebesar dulu “.
          Mataku berkaca ketika membaca pesan K Deka. Aku menahan air mataku agar tidak jatuh. Aku merasa sudah tidak ada lagi harapan untuk bisa bersama.
          “ Berarti kita ga’ mungkin bersama K ??? “.
          “ Ga’ gitu juga De. Kalau kita jodoh kenapa engga “.
          “ Tapi kan rasa sayang K udah kecil gitu “.
          “ Hmm,, mungkin rasa sayang K akan bertambah dan bertambah lagi kalau kita bisa deket lagi kaya dulu. Mungkin bisa lebih besar dari pada waktu dulu. Bisa aja kan ??? “.
          Teman, begitu panasnya hatiku seangkan enggan untuk membalas. Aku menarik nafas panjang. Aku tak tau apa yang harus Aku ketik lagi. Aku hanya bisa menutuk kedua mataku, sambil Aku kenang kenangan saat bersama K Deka dulu. Tak terasa, Aku masuk ke dalam mimpi.
          “ Syta bangun sayang . . .!!! “.
          Aku membereskan kerudung tidurku. Ku lihat HP yang tadi malam telah menemani Aku dengan K Deka. “ Hmmm, aku kira K Deka mau sms aku lagi. Tapi engga. Huhh, dia bilang sayangnya udah ga’ kaya dulu. Berarti bener K Deka sudah tidak sayang sama aku. Tabahkan aku Ya Allah “.  Jeritku dalam hati. Hati kecilku tak mampu menahan sakit. Aku merasa harus bisa menghapus cintanya. Tapi sayangnya Aku tak bisa. Aku terlalu menyayangi K Deka, Deka Putra Sajuri di hatiku dan tetap akan ada dihatiku.

0 komentar:

Posting Komentar