GELISAH
Sejak kejadian di eskul, hatiku selalu bimbang tak
karuan. Bahkan saat pelajaran kimia aku di tegur dan akhirnya di suruh maju ke
depan mengerjakan soal. Untungnya aku mengerti jadi aku tidak terlalu malu. “
Hmm . . “. Aku mengela nafas saat mulai merasa bosan di kelas. Aku mengajak
diriku sendiri ke sebuah Perpustakaan sekolah tanpa di temani ke dua sahabatku.
Langit tampak
cemberut di siang itu setelah shalat dzuhur. Masjid sekolah tampak penuh
seperti biasa. Untungnya aku sudah melaksanakan shalat dzuhur lebih dulu. Ya
setidaknya tidak perlu berdesak – desakan. Aku membuka sepatu, aku tulis nama,
kelas dan maksud kedatangan ku ke Perpustakaan pada sebuah buku besar yang di
sediakan di sebuah meja yang tidak terlalu panjang. Aku mulai mencari buku yang
memang sangat menarik hatiku, namun sayangnya buku yang aku cari tak ku temukan.
Teman, aku mengambil
sebuah buku yang memang tidak menarik. Aku membuka perlahan buku itu namun
malas untuk ku baca. “ Aduuuhhh, kenapa
dengan perasaanku ??? “. Tanyaku dalam hati kecil.
Teman, sejak kejadian
setelah eskul PMR itu perasaan ku semakin tak karuan. Hati ku selalu memikirkan
sosok yang kemarin sore bisa membuatku luluh. “ Apa aku mulai menyukainya
bahkan mencintainya ??? “. Tiba – tiba pertanyaan aneh memblokir fikiranku yang
akan menjawab pertanyaan pertama. Begitu banyak pertanyaan namun Aku sendiri
tak tau apa jawabannya.
“ Ta, tumben berani
sendiri ( Hehehe ) “. Tiba – tiba Riri menepuk pundak ku di susul Yuning yang
langsung duduk di depan. Aku belum bisa menjawab pertanyaan yang diberikan
Riri. Toh pertanyaanku sendiri belum tau apa jawabannya. Aku hanya tersenyum
pada mereka. Tampaknya mereka mengerti, mereka langsung mencari buku dan duduk
di dekatku. Yuning sebelah kanan dan Riri sebelah kiri.
Semua yang ada di
Perpustakaan sibuk dengan buku – buku yang mereka pinjam. Tapi tidak dengan aku.
Hatiku masih di selimuti tanda tanya yang tak tau apa jawabannya. “ Hahh,
sekarang aku harus sabar. Jika aku memang menyukainya bahkan aku mencintainya,
aku akan berusaha supaya nanti aku bisa dapatkan dia seutuhnya K Deka, Hmmmm “.
“ Treeeeennggggg “.
Bel berbunyi begitu keras memaksa masuk ke dalam telinga. Aku, Riri dan Yuning
bergegas menyimpan buku memakai sepatu lalu menuju kelas. Aku mengerti dan tau
kalau pelajaran terakhir akan kosong karena gurunya tidak hadir. Karena ke
kelas lainpun tidak masuk.
Di dekat LAB IPA, Aku
melihat K Deka yang sedang sibuk dengan buku ditangannya. Spontan jantungku
berdebar. Jalanku diperlambat. Nampak, Aku masih ingin melihat K Deka. Aku
tersenyum sendiri lalu menuju kelasku.
Dalam kelas yang
ribut. Aku duduk. Riri menyusul untuk duduk begitu juga Yuning. Tatapan kedua
sahabat ku sedikit berbeda ketika itu. Lantas saja mereka bertanya yang diawali
oleh Riri.
“ Ta, kenapa murung ?
“.
Teman, aku hanya
diam. Mataku sayu lalu ku tutup oleh
kedua tanganku. Riri yang merasa tak dianggap, mengalihkan pertanyaannya pada
Yuning. Mereka berbincang bersama tanpa aku. Sedangkan aku sendiri hanya
melamun sambil menutup kedua mataku.
Tak sadar aku
tertidur. Bukan hanya aku teman, banyak teman – temanku yang lain yang juga tertidur.
Pantas saja, dua jam pelajaran tidak ada gurunya. Rasa malas hingga akhirnya
berdampak pada mata siswa.
Kini yang ditunggu
oleh banyak siswa adalah suara nyaring yang terkadang menyakitkan telinga,
namun begitu ditunggu suaranya. Apalagi kalau bukan suara bel tanda pulang. Dua
jam serasa dua minggu atau dua bulan bahkan dua tahun. Aku nampak telah larut
dalam impian. Namun, karena bel akan berbunyi 10 menit lagi, Riri membangunkan
ku. Aku terperanjat kaget. Jelas saja Riri tertawa.
Yang ditunggu tiba.
Gelap seakan bercahaya. Sakit seakan tak terasa. Bel kemenangan berbunyi tiga
kali. Aku membereskan buku. Lalu beranjak pulang bersama Riri dan Yuning. Tidak
seperti biasanya, mobil ke arah rumah Yuning langsung ada. Jelas Aku dan Riri
langsung naik angkot arah rumah.
Karena penasaran,
Riri bertanya padaku secara perlahan “ Syta, kenapa sih ??? “.
Aku melirik lalu
tersenyum “ Kenapa apanya Ri ? “.
“ Ko dari tadi diem
terus. Mana ada acara tidur di dalam kelas. eyy “.
“ Ri sini deh! “.
Suruhku sambil mendekat.
“ Iya
“.
“ Apa aku suka sama K
Deka ya ? “.
“ Hahh??? Deka yang
mana ?”.
“ Itu Ri, yang kelas
XII – IPA 1 yang eskul PMR “.
“ owhh tau. Jadi dari
tadi gelisah gara – gara K Deka. Jangan gitu donk, jelek tau. Kalau kamu suka
tanya donk hati kamu. Kalau emang suka ya usaha “.
“ Iy Ri, tapi jadi
bingung juga kalau nanya sendiri “.
“ Ta, kalau kamu
emang suka K Deka, kamu rasa sendiri. Bayangkan pahitnya suka sama seseorang,
apalagi itu kakak kelas. Tapi, kalau kamu emang bener suka kamu coba donk
deketin dia “.
Aku terdiam
mendengarnya. Riri sendiri mengerti perasaan aku sebagai sahabatnya. Riri ikut
terdiam. Aku membayangkan pahit manis jika memang suka pada K Deka. Aku
menghela nafas. Mataku aku tutup. Teman, Aku meyakini kalau Aku bisa bersama K Deka.
0 komentar:
Posting Komentar