RESENSI CLARA

RESENSI CLARA


Judul                           : Clara
Penulis                         : Iman Risdiyanto
Penerbit                       : Liliput
Tanggal terbit              : 2005
Jumlah halaman           : 84 Halaman
Kategori                      : Cerita Anak


Clara, boneka cantik dan lucu yang sebenarnya bisa berbicara. Dia bernasib baik karena di beli oleh seorang laki – laki kaya raya. Bermula dari kado merah muda yang diberikan laki – laki kaya itu kepada anak perempuan semata wayangnya. Namanya Lusi, gadis manis dan cantik kebanggan orang tuanya. Kado itu tak lain berisi Clara. Nasib Clara kembali baik karena Lusi begitu menyayanginya.

            Hari – hari Clara selalu bersama Lusi. Namun lama kelamaan Clara dibiarkan begitu saja karena Lusi telah bosan. Hingga Clara disimpan di sebuah gudang bersama barang – barang yang sudah tidak terpakai. Tak lama setelah Clara disimpan di gudang, keluarga Lusi cuci gudang. Dan Clara dibuang di tempat pembuangan sampah kota.

            Clara begitu ketakutan dan merasa tidak nyaman. Aroma sampah yang menusuk hidung hingga Clara terkadang tidak bernafas. Malam yang sunyi dan gelap. Clara begitu ketakutan. Terkadang dia panjatkan do’a kepada Tuhan. Namun, tiba – tiba datang seekor anjing besar, lalu menghampiri Clara dan menggrogoti Clara hingga tangan sebelah kiri Clara terlepas. Clara hanya bisa menangis ketika tangan kirinya terlepas.

Siang harinya, seorang pemulung menghampiri Clara yang tergeletak. Pemulung itu mencari tangan kiri Clara namun sayangnya tidak ditemukan. Akhirnya pemulung itu membawa Clara ke rumahnya untuk diberikan kepada anak perempuannya yang telah lama menginginkan sebuah boneka.

            Anak pemulung itu bernama Marsih. Dia senang ketika menerima Clara. Persahabatan pun tercipta diantara mereka. Marsih mengganti nama Clara menjadi Juwita. Sejak saat itu, Clara yang sudah berganti nama dapat berbincang dengan Marsih, layaknya manusia. Mungkin karena ketulusan persahabatan diantara mereka.

            Tutur cerita yang secara detail menceritakan perjalanan Clara dari sejak bersama Lusi sampai bersama Marsih, menjadi daya tarik utama cerita Clara karangan Iman Risdiyanto.

            Sayangnya, akhir cerita terkesan terburu – buru. Pemulung atau Ayah Marsih yang sedang mencari tangan kiri Clara tidak lagi diceritakan. Apakah tangan Clara ditemukan atau tidak. Padahal, jika diceritakan secara detail seperti awal cerita pasti akhir cerita akan lebih berwarna.

            Membaca bagian akhir buku tidak lebih dari sekedar ingin menuntaskan pekerjaan yang sudah terlanjur dimulai. Disertai harapan, mudah – mudahan cerita anak karangan Iman Risdiyanto berikutnya dapat lebih berwarna dan mengasyikan sampai ke bagian akhir cerita.
             


0 komentar:

Posting Komentar