Istanaku dan Perasaanku
Kokok ayam jantan di samping rumahku seakan menggelegar memaksa masuk ke dalam telinga ku. Selimut kuning yang aku pakai untuk menutupi seluruh tubuhku, ku tarik kembali untuk menutup seluruh badanku. “ Huaaahhhh “. Tak tahan aku menahan ngantuk yang seakan menahanku untuk tidak bangun. “ Asty …. “. Terdengar suara nyaring yang telah aku kenal. Ya, itu suara ibuku. Ibu yang sangat aku sayangi sepenuhnya. Dan Asty, adalah nama panggilan untukku.
Oya, nama lengkapku yang ada dalam akte, ijazah SD dan SMP juga yang ada dalam KK atau Kartu Keluarga adalah Asty Fitriani. Aku anak ke dua dari lima bersaudara. Dan yang buat aku lebih merasa istimewa, aku adalah anak perempuan satu – satunya. Kakak ku yang selalu membuat aku bangga dan selalu tersenyum membuat aku selalu betah di dekatnya. Kalaupun terkadang membuatku marah ataupun kesel.
Sekarang aku akan masuk sekolah dengan berpakaian putih – putih atau pakaian PMR. Karena hari ini adalah hari selasa ada eskul Paskibra, PMR dan Pramuka. Aku masuk eskul PMR meneruskan sejak aku di SMP dulu dan aku ingin lebih menguasai ilmu – ilmu tentang kesehatan.
Teman, aku merasa bahagia ketika aku mulai terbiasa dengan teman – teman eskul ku. Dan taukah teman, kakak kelas yang ada di PMR gokil abis. Kalaupun aku tak dekat dengan mereka. Karena kebiasaanku yang tidak baik memaksaku sehingga aku tidak dekat dengan kakak – kakak kelas PMR ataupun di luar PMR. Namun, jika aku sudah kenal lama barulah aku bisa becanda. Orang bilang aku sulit untuk beradaftasi dengan orang baru. Ya, itu semua benar. Aku hanya bisa berbicara nyaman, becanda hanya dengan orang – orang yang telah aku kenal lama. Selebihnya ya hanya biasa – biasa saja.
“ Asty . . Bangun dong jangan tidur kaya gitu. Udah waktunya Shalat ! “. Terdengar kembali suara Ibuku. Aku masih terdiam tidak menjawab. Adzan shubuh telah berlalu. Aku memaksakan tubuhku untuk bisa melawan malas yang ada dalam tubuhku. Ku lipat selimutku dan ku rapihkan seperai kasur ku. “ Iya bu, Asty bangun “. Jawabku malas.
Aku beranjak dari tempat tidurku. Ku langkahkan kakiku menuju kamar mandi. Bergegas aku mandi dan wuddhu lalu sholat shubuh. Setelah itu aku membantu ibuku menyiapkan sarapan pagi untuk semua keluargaku. Ku bereskan meja dan ku sapu lantai supaya terlihat bersih dan selera makan tidak berkurang.
Oya, aku mempunyai dua sahabat yang selalu menemaniku senang ataupun susah. Juga selalu mengingatkanku pada kebaikan. Eitttt,, bukan berarti aku ga baik ya, Hehe. Sahabat – sahabatku berkulit putih hanya aku saja yang berkulit hitam. Tapi manis sih, hehe. Jadi aku ga minder kalau jalan bareng mereka.
Sahabatku yang mempunyai tubuh kurus, tinggi dan pengen gendut tapi susahnya minta ampun, namanya Riri. Sedangkan yang satu lagi yang mempunyai badan gemuk dan ingin diet susahnya minta ampun juga, namanya Yuning. Mereka berdua memang memiliki masalah dengan fostur tubuh mereka. Hanya aku yang memiliki tubuh ideal diantara mereka.
Aduhh, sudah waktunya berangkat sekolah. waktu menunjukkan jam 06. 30 WIB. Jika telat sedikit aja, bisa – bisa aku ngantri di gank karena angkot penuh penumpang. Aku pemitan kepada keluargaku. Lalu berangkat mengenakan tas soren dengan satu buku paket di tanganku.
Seperti biasa, setelah ada angkot aku langsung naik. Aku buka tas ku dan aku ambil sebuah novel yang aku pinjam di Perpustakaan Sekolah. Angkot berhenti di depan sebuah gedung yang asri yang di sekitarnya banyak pohon – pohon besar menjulang tinggi. Dengan pagar cat biru muda dan gerbang putih. Itulah sekolahku. sekolah yang membimbing kedewasaanku. Awalnya aku merasa seperti di penjara dengan tata tertib yang berlaku di sekolahku. Namun untungnya aku sadar, bahwa itulah salah satu cara untuk membuatku semakin bertambah dewasa.
Teman, aku duduk di kelas X – 3. Kelas dengan berbagai macam teman – teman. Berbagai macam karakter dan sikap yang memang berbeda. Aku bergegas menuju kelasku. Kelas yang cukup indah, dengan cat orange dan hijau. Juga letaknya yang sangat startegis yaitu dekat dengan lapang.
“ Asty gimana kimia “. Teriak teman sekelasku dari jauh. Aku hanya tersenyum manis ya karena kulit ku manis jadi tambah manis, hehe. Aku santai saja karena tugas kimia sudah aku selesaikan. Aku sangat suka dengan pelajaran Kimia. Mungkin karena gurunya adalah Wali Kelasku sendiri. Tapi, dengan sepenuh hati aku sangat suka Kimia. Aku sangat suka berhitung dari pada menhafal.
Setelah aku sampai kelas, aku mengeluarkan buku Kimia ku dan ku simpan di atas mejaku. Teman – temanku serentak melihat buku ku. Aku senang teman, kerja keras ku di terima oleh teman – teman ku.
Tak terasa lelahnya belajar sekolah berakhir sudah. Kini tinggal eskul. Wahh, waktu yang aku tunggu dari tadi teman. Aku bersama Yuning bergegas menuju ruangan eskul juga banyak teman sekelasku yang juga ikut eskul PMR. Aku terburu – buru, karena takut ga kebagian bangku, hehe.
“ As, kata Riri nanti pulang bareng. Katanya Pramuka mau bareng pulangnya sama PMR “. Jelas Yuning membisik ke telingaku.
“ Ok. Asty juga pengennya gitu. Soalnya takut pulang sore di dalam angkot ga ada temen “.
“ Ahh, lebih banyak yang ke arah Asty apa yang musti di takutkan “.
“ Ya sih “.
Riri memang ikut eskul Pramuka. Beda dengan aku juga Yuning. Memang dari dulu Riri ikut Pramuka jadi meneruskan juga sama seperti aku. Ketua PMR datang lalu member sambutan. Di susul oleh teman – temannya. Kakak kelas di kelas XII hanya ada dua cowo. Dan kakak kelas di kelas XI juga hanya ada dua cowo.
“ Sekarang kita latihan di luar ya, kita praktek “. Seru ketua PMR.
Jelas saja, semua anak – anak setuju termasuk aku dan Yuning. Namun sayang, ketika pembagian kelompok aku tidak bersama Yuning. Ya, spontan aja aku kaget dan tidak focus karena anggota kelompok yang bersamaku tidak akrab. Hmm, untungnya aku bisa menyelesaikan rintangan – rintangan yang di berikan kalaupun ya anggota kelompok yang ada bersamaku ga akrab denganku.
Karena cape, bahkan sangat cape aku beristirahat duduk di pinggir sendiri menyaksikan kelompok lain yang sedang berjuang. Langit tampak mendung. Namun mendungnya langit tak menurunkan semangat teman – temanku untuk terus berjuang menghadapi rintangan yang diberikan.
Setelah semuanya selesai, aku bermaksud masuk kelas lebih dulu. Ya, karena aku lagi dapet jadi ga perlu shalat dzuhur. Aku terdiam sendiri menyaksikan langit yang mulai terlihat pucat. Ku senderkan kepala ku pada dinding kelas. Aku memikirkan keindahan yang sangat ingin aku capai. Di saat aku memiliki seseorang yang bisa membuat aku tersenyum setiap hari. Seseorang yang mampu mengerti apa yang terasa dalam hati.
“ Hey….. “. Canda temanku sambil duduk di samping kananku. “ Ngelamun aja As, kenapa ? “.
“ Ga, iseng aja “.
“ Hmmm, As katanya tadi pas latihan ada kasus loh ? “.
“ Kasus apa ?, ko aku ga tau ya “.
“ Aku juga kurang tau. Tapi katanya nanti mau ada yang di marahin gitu “.
“ Aduh, apa ada hubungannya sama aku ya ??? “.
“ Ya ga ada lah. Katanya genk nya Diah “.
Aku termenung tidak menjawab. Tiba – tiba ketua PMR menyuruh kami masuk ke dalam ruangan. Tiba – tiba perasaanku tak karuan. Aku takut apa yang temanku bilang memang benar.
“ Maaf kakak ganggu istirahat kalian. Tapi ini memang mutlak kesalahan kalian “.
Semua anggota PMR mulai kaget. Termasuk aku, aku memegang tangan sahabatku ketika ketua PMR berkata seperti itu terlihat sedang marah. Aku sangat tidak mengerti tentang semua yang terjadi. Tiba – tiba kakak Pembina cowo datang dengan bambu di tangannya dan dengan aura muka kesedihan. “ Hahh,, Kha deris “. Jerit ku dalam hati. Apa yang terjadi pada Kha Deris hingga dia seperti itu.
Kha Deris marah. Bambu yang dia pegang dia pukulkan ke meja lalu menangis. Tiba – tiba hatiku merasa berbeda ketika Kha Deris menangis. Perasaan ingin menghibur pun muncul begitu saja. Namun, apa daya aku tak dekat dengannya. Bahkan jika bertemu tersenyum pun tidak. Tapi, entah mengapa perasaan ku padanya berbeda. Apalagi saat ku lihat dia berlari dengan bercucuran air mata. Ingin aku kejar namun aku tak berdaya.
“ Kenapa dengan perasaan aku ya ??? “. Tanya ku dalam hati. “ Apa aku suka Kha Deris ??? “. Tanya ku lagi. Aku bingung dengan perasaanku. Hingga ketua PMR menyuruh kami bersiap, perasaanku masih saja bimbang serasa ingin bertemu dan memastikan bahwa Kha Deris tak apa – apa. Hingga aku dan teman – temanku keluar, aku masih mencari Kha Deris namun sayangnya aku tak juga menemukan.
“ Jika aku benar – benar suka Kha Deris gimana ya. Ahh sudahlah, jika jodoh ga bakalan kemana “.
0 komentar:
Posting Komentar